Masih ingatkah kamu pada adegan rumah Luke Skywalker di film Star Wars? Rumah tersebut memang unik karena letaknya di bawah tanah membentuk cekungan besar sebagai halamannya.
Melansir dari situs Something Currated, ternyata rumah itu sebenarnya Hotel Sidi Driss yang ada di wilayah Matmata, Tunisia. Walau sudah berbentuk hotel, ternyata rumah di bawah tanah itu sebenarnya nyata dan dikenal sebagai Troglodyte milik Suku Amazigh, penduduk asli Afrika Utara. Sekitar abad ke-14 dan 15, mereka memutuskan membangun rumah bawah tanah. Sebab, mereka butuh tempat berlindung dan menolak menyerah kepada orang Arab yang telah menduduki tanah Tunisia.
Menurut Asosiasi Perlindungan Matmata Kuno, Abderrahman Lachheb, seperti yang dikutip melalui situs The Arab Weekly, pada masa itu, pengunjung Kota Matmata tidak akan melihat apapun di tanah karena semua dibangun di bawahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Konstruksi bangunan rumah terbuat dari tanah secara penuh. Hal ini guna memberikan perlindungan terhadap panas terik karena iklim wilayah tersebut memang panas. Oleh karena itu, rumah bawah tanah dapat menyeimbangkan suhu.
Rancangan rumah juga unik karena tidak memiliki atap melainkan tanah yang menjadi atap. Untuk masuk ke dalam rumah harus turun ke sebuah cekungan yang berfungsi sebagai halaman utama. Lalu, ada pintu-pintu menuju ruangan utama.
"Mereka menggali lubang sedalam 10 meter dan memperluas batasnya dari 15 menjadi 20 meter, lalu mereka membangun pintu keluar dan mengukir ruangan di sekeliling lubang dengan kamar untuk anggota keluarga karena sang ayah adalah kepala keluarga. Semua terjadi di bawah tanah, bahkan pabrik minyak zaitun pun digali ke dalam tanah," ujar Lachheb.
Desain rumah ini seperti desain komunal, sebab satu rumah akan terhubung dengan rumah lain melalui halaman di tengahnya. Antar satu rumah dengan rumah lain dihubungkan melalui lorong-lorong.
Hingga tahun 1960-1970-an, masyarakat sudah mulai meninggalkan rumah bawah tanah ini karena adanya upaya modernisasi oleh Presiden Habib Bourguiba. Seiring berjalannya waktu, perselisihan mengenai kepemilikan hingga cuaca ekstrem yang menyebabkan banyak kerusakan juga turut mempengaruhi masyarakat untuk meninggalkan rumah bawah tanah tersebut.
Walau demikian, menurut Lachheb, masih terdapat sekitar 1.200 rumah yang dilestarikan dan digunakan penduduk. Sementara sisanya sudah berubah menjadi hotel dan wisma.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/abr)