Pemakaian pilar pada fasad rumah sudah sering kita temukan pada rumah-rumah di Indonesia. Biasanya letaknya di dekat pintu masuk rumah. Diameternya pun berbeda-beda tergantung pada luas halaman dan ketinggian langit-langit atap teras.
Sebenarnya apa fungsi pilar tersebut dan dari mana inspirasinya?
Menurut Pengamat Sosial Devie Rahmawati, pemakaian pilar pada fasad rumah pada zaman dahulu berfungsi untuk menunjukkan status sosial pemiliknya. Semakin besar pilar yang dibangun, bangunannya akan semakin besar dan mewah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, asal dari pilar ini sebenarnya terinspirasi dari bangunan di Eropa yang dibawa oleh para penjajah ke negara jajahan mereka. Oleh karena itu, di Indonesia sejak zaman dahulu sudah ditemukan rumah menggunakan pilar.
"Bangunan-bangunan dengan tiang itu adalah merupakan bangunan gaya yang diekspor Eropa, yang memang dari konteks penjajahan merupakan bagian dari simbol kekuasaan yang ingin mereka tanamkan ke negara-negara jajahannya sehingga inilah yang mewakili gambaran kesuksesan, kehebatan, dan kebesaran," kata Devie ketika dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
Lewat pilar-pilar tersebut, mereka ingin menunjukkan status sosial atau kehebatannya sehingga bisa memiliki hunian yang megah. Rumah seperti ini juga sering digunakan sebagai lokasi syuting sinetron Tanah Air terutama untuk menggambarkan tempat tinggal keluarga kaya.
![]() |
"Lihat bagaimana film-film, sinetron-sinetron itu menggambarkan rumah orang yang dianggap mampu itu adalah rumah dengan tiang-tiang itu," imbuhnya.
Mirip dengan pernyataan Devie, arsitek dari Ohara Architect Ogie Hartantyo juga mengatakan rumah dengan pilar besar merupakan preferensi desain rumah seseorang dan untuk aktualisasi diri.
"Ya simply mau nunjukin kalau mereka kaya, mereka lebih dari yang lain. Pagar tinggi ya simbolis untuk memisahkan," ujarnya.
Namun, ia menilai orang yang mendesain rumah megah dengan pilar-pilar besar itu juga kurang referensi terkait desain rumah mewah. Melihat kebanyakan rumah orang kaya di sinetron memakai rumah berpilar, mereka pun menetapkan standar seperti itu. Hal ini banyak ditemui di rumah-rumah di pedesaan dan perkotaan.
"Sebenarnya orang kaya di kota juga sama aja kok. Bedanya preferensi mereka lebih banyak aja, lebih banyak tahu bangunan dengan arsitektur 'keren', lebih punya akses ke arsitek bagus, jadi ada yang memberikan arahan. Tapi ya sama saja, tujuannya aktualisasi diri," paparnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(aqi/aqi)