Istana Buckingham menjadi kediaman resmi para penguasa Inggris di Westminster, London, sejak tahun 1837. Kini Istana Buckingham menjadi kantor pusat administratif Raja Inggris dan untuk berbagai acara serta resepsi resmi yang diselenggarakan oleh Raja.
Saat musim panas, Ruang Kenegaraan di Istana Buckingham dibuka untuk pengunjung. Memiliki 775 kamar, meliputi 19 ruang kenegaraan, 52 kamar tidur kerajaan dan tamu, 188 kamar tidur staff, 92 kantor, dan 78 kamar mandi.
Dengan megahnya Istana ini, apakah kamu tahu bagaimana sejarahnya dan gaya arsitektur apa yang digunakan Istana Buckingham? Berikut penjelasan lengkap dari Istana Buckingham.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Istana Buckingham
Melansir History, Jumat (22/11/2024), selama lebih dari 300 tahun, dari tahun 1531 hingga 1837, kediaman resmi Raja Inggris adalah St. James. Lahan tempat Istana Buckingham berada di wilayah London yang dikenal sebagai Westminster.
Awalnya lahan ini merupakan daerah rawa di sepanjang Sungai Tyburn, yang dimiliki oleh beberapa orang, seperti William the Conqueror dan para biarawan Westminster Abbey. Raja James I membeli lahan ini untuk dijadikan semacam taman bagi para bangsawan.
Terdapat sebuah rumah di lahan ini yang dijual kepada seorang pria bernama John Sheffield tahun 1698 dan kemudian menjadi Duke of Buckingham.
John Sheffield merasa rumah yang dibelinya ini sudah ketinggalan zaman, sehingga memutuskan untuk membangun rumah baru pada awal tahun 1700-an. Dirancang oleh William Winde dan John Fitch, yang kemudian dikenal sebagai "Buckingham House".
Raja George III membeli Buckingham House dari Sir Charles Sheffield pada tahun 1761. Ia menugaskan William Winde merenovasi bangunan tersebut senilai Β£73.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar (Kurs Rp 20.045).
Sang Raja berencana menggunakannya sebagai rumah bagi istrinya, Ratu Charlotte, dan anak-anak mereka sehingga dikenal sebagai "Queens House". Saat George IV naik tahta tahun 1820, ia ingin Buckingham House diubah menjadi istana.
Pembangunan Istana Buckingham
Dilansir dari Royal Collection Trust, Raja George IV menugaskan arsitek resmi kantor perhutanan dan kehutanan bernama John Nash untuk bertanggung jawab atas pekerjaan renovasi Buckingham House.
Istana Buckingham karya Nash secara luas dianggap sebagai mahakarya, tetapi pembangunannya menelan biaya yang cukup besar. Pada tahun 1828, Nash telah menghabiskan Β£496.169 atau sekitar Rp 9,9 Miliar jauh di atas anggaran.
Setelah kematian George IV, Perdana Menteri memberhentikan Nash karena pengeluaran yang berlebih. Lord Duncannon, Komisaris Pertama Pekerjaan, mengambil alih proyek untuk merampungkan Istana.
Duncannon menunjuk seorang arsitek baru, Edward Blore, yang memperluas fasad timur di kedua ujungnya dan membuat pintu masuk baru di sisi selatan.
Pada tahun 1830, Raja William IV, tidak menunjukkan minat untuk pindah dari rumahnya di Clarence House. Ketika Gedung Parlemen hancur akibat kebakaran pada tahun 1830-an, William IV menawarkan Istana Buckingham sebagai pengganti Gedung, namun tawaran itu ditolak dengan hormat.
Gaya Arsitektur Istana Buckingham
Melansir Architecture Lab, Istana Buckingham melambangkan gaya arsitektur neoklasik. Desain Nash mencontohkan gaya arsitektur neoklasik yang mendapat inspirasi dari arsitektur Yunani dan Romawi Kuno. Fitur-fitur utama meliputi simetri fasad, penggunaan kolom, dan pedimen.
Nash memperluas blok tengah dan membangun kembali dua sayap samping, memperluas struktur berbentuk U menjadi bangunan yang jauh lebih megah yang cocok untuk upacara dan acara kerajaan.
Menonjolnya kolom, pedimen segitiga, kubah, dan elemen neoklasik, mencerminkan pengaruh arsitektur yang konsisten selama dua abad terakhir evolusi Istana.
Istana Buckingham telah menjadi kediaman dan kantor pusat administratif Raja Inggris sejak 1837. Tujuannya adalah untuk menyediakan tempat acara-acara kenegaraan penting, keramahtamahan kerajaan, dan upacara.
Baik dari segi arsitektur maupun fasilitas yang ada, Istana Buckingham dirancang untuk berfungsi sebagai tempat tinggal, kantor, dan tempat hiburan yang layak bagi Raja Inggris untuk menjalankan urusan kenegaraan dan menjamu tamu dengan gaya serta kemewahan.
(das/das)