Amsterdam merupakan ibu kota Belanda yang dikenal sebagai wilayah yang memiliki banyak kanal atau terusan yang ada di tengah kota. Adanya kanal-kanal tersebut memungkinkan perahu-perahu kecil melewatinya dan menjadi salah satu transportasi di sana.
Tak hanya itu, hal unik lainnya yang bisa ditemukan di Amsterdam adalah rumah-rumahnya di pinggir kanal yang sempit. Kenapa ya rumahnya sempit-sempit?
Ternyata hal itu memiliki sejarah yang panjang. Dilansir dari One Nine ELMS, pada masa kejayaan Belanda atau sekitar abad ke-17, Amsterdam muncul sebagai pusat perdagangan dan perniagaan yang berkembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, hal itu harus dibayar dengan harga pajak. Amsterdam menerapkan sistem perpajakan berdasarkan lebar fasad bangunan. Semakin lebar fasad bangunan, maka semakin mahal pajak yang dibayarkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, penduduk Amsterdam membangun bangunan yang sempit di bagian depan tetapi meluas jauh ke dalam ruang yang tersedia dan juga dibangun tinggi ke atas.
Dilansir What's Up With Amsterdam, tanah-tanah yang dijual dekat kanal umumnya memang kecil, lebarnya sekitar 5-7 meter. Namun, rumah yang dibangun bisa 3-4 lantai dan di bagian lotengnya kerap digunakan untuk menyimpan barang maupun bahan makanan.
Alasan lainnya, karena kepraktisan hidup di dekat kanal. Untuk memindahkan barang ke lantai atas, sistem katro yang dikenal sebagai 'hijsbalken' digunakan. Sistem tersebut mengharuskan rumah-rumah sempit untuk memudahkan mengangkat barang ke atas dan ke bawah.
(abr/das)