Rusun Tanah Abang merupakan hunian vertikal yang dibangun pada masa Orde Baru. Hunian ini menjadi rusun pertama yang dibangun oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 1980 dan mulai dihuni pada 1981.
Ketua RW 10 Rusun Tanah Abang, Andi Awaludin menceritakan awal mula pembangunan rusun tersebut. Ia mengungkapkan Rusun Tanah Abang dipelopori oleh Presiden Kedua Soeharto bersama Menteri Perumahan Rakyat Cosmas Batubara.
"Ini ada (rusun) tipe Cortina namanya yang dia ngambil contoh di Meksiko waktu saat itu Pak Cosmas Batubara diutus sama Pak Harto untuk meninjau Meksiko untuk menjiplak atau contoh rumah susun yang akan dibangun di Rumah Susun Tanah Abang," ujar Andi kepada detikcom belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ia mengatakan lahan yang digunakan untuk rusun sebelumnya merupakan tanah wakaf milik sebuah yayasan berupa pemakaman serta lahan kosong.
"Rusun ini kan sebelum berdiri kan di sini kan ada makam orang Arab sama Melayu sampai belakang gitu. Ada lah tanah kosong sedikit juga di situ buat anak-anak (bermain bola) samping ini," ungkapnya.
Andi mengatakan Soeharto tengah mencari tempat untuk membangun rusun. Akhirnya lahan tersebut 'tukar guling' atau menukar barang dengan tanpa menambah uang.
"Saat itu karena Pak Harto nggak ada lahan untuk membangun rusun ini akhirnya. Inilah Yayasan untuk tukar guling dalam hal ini pembangunan yayasan pendidikan sama bangunlah masjid di belakang buat tukar guling ini," jelasnya.
Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, rusun ini masih tampak kokoh, asri, dan diramaikan banyak penghuni. Andi menyebutkan Rusun Tanah Abang terdiri dari 32 blok dengan 2 RW dan dihuni oleh 960 kepala keluarga (KK). Setiap blok dihuni oleh 16 KK, dengan 4 KK menempati setiap lantainya.
"Kalau KK di RW 10 itu kurang lebih 512 KK, lantas di RW 11 448 KK. Jadi totalnya 960 KK," ungkapnya.
![]() |
Sebanyak 60% penghuni rusun merupakan penyewa sementara 40% adalah penghuni lama. Hunian ini awalnya diperuntukan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga guru.
"Diperuntukan awalnya itu untuk ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), kalau sekarang kan TNI yang belum punya rumah waktu saat itu. Jadi di samping itu juga PNS, kita ke guru, atau PNS di Pemda, dan lain sebagainya," katanya.
Namun, belakangan ini sudah banyak pedagang yang perantau yang menyewa atau membeli rusun agar bisa tinggal dekat tempat mereka berdagang di tengah kota.
"Penghuni lamanya itu udah pada kemana-kemana ya jadi rumahnya disewain sama kebanyakan di sini pedagang orang Padang sama Makassar itu yang dagang di Tanah Abang, di Thamrin City kadang ada di Senen kadang ada di Cipulir. Terus tinggalnya di sini karena aksesnya benar-benar di sini kan lebih gampang dan di tengah-tengah kota," pungkasnya.
(dhw/dna)