Bambu adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai material bangunan. Sifatnya yang kokoh, cocok sebagai kerangka bangunan pengganti kayu. Salah satu pemanfaatan bambu dalam arsitektur yang sudah diakui dunia adalah rumah bambu bernama Dancing Mountain House karya Budi Pradono Architects.
Rumah bambu Dancing Mountain House mendapat penghargaan di Arcasia Architecture Awards (AAA) 2016 sebagai residensial terbaik seantero Asia. Arcasia adalah Dewan Arsitek Regional Asia bentukan 19 organisasi arsitek se-Asia.
Melansir dari Dezeen, Dancing Mountain House adalah sebuah rumah yang dirancang khusus oleh Budi Pradono Architects untuk keluarga terdekat mereka yang merupakan pensiunan dosen di Salatiga, Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dia terinspirasi dari topografi pegunungan di Jawa Tengah yang ujungnya mengerucut. Jika biasanya atap rumah di Indonesia hanya sedikit miring, tetapi rumah satu ini memiliki beberapa atap mengerucut berbentuk segi lima.
Total ada 5 atap bambu yang bentuk kerucutnya berbeda-beda. Jika dilihat dari belakang bentuknya zig-zag dan tidak seragam, menggambarkan kesatuan beberapa rumah desa.
"Proyek ini berupaya menafsirkan rumah-rumah Jawa secara berlipat ganda dari kejauhan, tampak seperti rumah-rumah di desa-desa sekitarnya," kata Budi Pradono dilansir pada Rabu (17/7/2024).
![]() |
Keunggulan dari desain Dancing Mountain House yang diakui oleh Arcasia adalah bagian dalamnya dibuat borderless home alias rumah tanpa sekat. Dengan begitu ruang geraknya luas. Bagian dalam rumah bamboo ini terdiri dari ruang tamu, perpustakaan, 4 kamar tidur, 4 kamar mandi, paviliun oval, dan dapur.
Selain itu, pada kelima atap yang mengerucut tersebut disisakan lubang kecil di atasnya sehingga bisa menjadi skylight tanpa menghantarkan panas. Sebab, bambu tidak mengantarkan panas dan ketinggian atap tersebut mencegah panas langsung terasa ke dalam rumah.
Budi Pradono juga memakai bambu pada kerangka bangunan, lantai kamar tidur, serta batu dan bata untuk dinding. Pengerjaannya memakan waktu 2 tahun yang dikerjakan oleh kontraktor lokal.
"Dari segi sosial, Dancing Mountain House tidak dibangun oleh kontraktor profesional, melainkan oleh masyarakat setempat, sehingga memberikan manfaat ekonomi dan budaya bagi kawasan tersebut," jelasnya.
(aqi/dna)