Kos-kosan berlubang di Keputih, Surabaya Timur sempat menjadi finalis Festival Arsitektur Dunia 2016. Hunian ini dirancang menggunakan prinsip 'less is more' untuk membuat bangunan dengan budget minim tetapi tetap nyaman dan sehat bagi penghuninya.
Kos-kosan tersebut merupakan hasil karya dari Andyrahman Architect yang rampung pada tahun 2015. Melansir dari situs resminya, Selasa (9/7/2024), tim arsitek tersebut menerapkan konsep less budget untuk membangun kos-kosan dengan biaya rendah sekaligus biaya pemeliharaan yang rendah juga.
Kedua hal itu dijawab oleh arsitek dengan membuat tampilan material unfinished, seperti menggunakan dinding bata, roster, semen plester, semen aci, dan semen roll. Semua material tampil apa adanya sesuai warna dan karakter aslinya tanpa dicat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kos-kosan yang disebut Biophilic Boarding House ini mengoptimalkan penggunaan lahan sempit seluas 120 meter persegi. Alhasil, bangunan ini memiliki luas 250 meter persegi.
Bangunan tersebut berisi 13 kamar di dalam bangunan dua lantai tersebut serta dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang. Terdapat enam kamar di lantai satu dan tujuh kamar di lantai dua.
Untuk memastikan kesehatan dan kenyamanan penghuni kost, kos-kosan ini memiliki communal space di lantai satu dan rooftop yang berfungsi sebagai tempat sosialisasi dan saling berinteraksi dari para penghuni kost. Area ini memberikan visual yang lebih lega bagi anak kos dibandingkan di kamar.
Selain itu, communal space juga berfungsi sebagai halaman dalam yang memungkinkan pergerakan angin dan pencahayaan yang lebih optimal. Terlebih, ada cross ventilation yang menciptakan sirkulasi udara yang masuk keluar kamar.
![]() |
Hal ini dirancang dengan menarik dinding kamar lebih masuk ke dalam hingga 80 cm dari dinding samping bangunan. Kamar kos tersebut masih berhubungan dengan ruang luar di bagian depan dan belakang.
Communal space di lantai satu dibuat terbuka tanpa atap karena menghubungkan antara lantai bawah dan lantai di atasnya. Lalu, ada communal space di rooftop yang terbuka.
Rooftop ini berfungsi sebagai ruang cuci-jemur pakaian serta menaruh tandon air. Lantai rooftop diberi hamparan kerikil untuk mengurangi panas pada ruangan yang berada di bawahnya.
![]() |
Selanjutnya, tampilan unik pada kos-kosan ini ada pada penggunaan dinding berupa roster. Elemen ini memberi kesan acak atau disorder, sehingga desain kos-kosan tidak kaku.
Roster yang dibuat custom ini berbentuk bujur sangkar dan dibagi menjadi empat bagian.
Menariknya lagi, kos-kosan dihias dengan elemen grafis di letak-letak strategis, seperti meja communal space, dinding ruang tangga, dan tempat parkir. Lalu, kos-kosan menyediakan ruang parkir sepeda, sehingga anak kost bisa meletakkan sepeda dalam posisi berdiri.
![]() |
Terakhir, bagian interior kos-kosan menggunakan meja, kursi, lemari dari material kayu bekas peti kemas. Pintu-pintu kamar pun menggunakan material yang sama.
Beberapa permainan warna dan pola digunakan untuk mengimbangi warna-warna natural dan polos di bangunan ini. Hal ini membuat ruang-ruang kamar sedikit sentuhan disorder.
(dhw/dna)