Indonesia memiliki banyak arsitek hebat yang karyanya telah diakui di kancah internasional. Tidak sedikit dari karya tersebut dibangun untuk tujuan yang baik seperti sekolah dan perpustakaaan.
Karya-karya yang memenangkan ajang bergensi ini pun juga mengangkatkan isu-isu seperti global warning atau memang dibuat ramah lingkungan. Dengan demikian karya mereka bukan sekadar bangunan biasa melainkan bermanfaat dan memiliki estetika dari desainnya.
Melansir dari Kemenparekraf, Senin (8/7/2024), berikut sosok-sosok arsitek yang karyanya mendapatkan penghargaan internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Ridwan Kamil
Sosok pertama ini pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat. Dia adalah mantan Gubernur Jawa Barat yang berlatar belakang seorang arsitek.
Ridwan Kamil mendapat pengakuan dunia setelah membangun 'Rumah Botol' yang merupakan rumah pertamanya. Sesuai dengan namanya, 60% rumah ini terbuat dari botol bekas minuman, atau sekitar 30 ribu botol bekas. Pengumpulan botol bekas tersebut berlangsung selama 6 bulan lamanya.
Berkat keunikannya, Rumah Botol karya Ridwan Kamil mendapat penghargaan penghargaan Green Design Award pada 2009 sebagai bangunan paling ramah lingkungan di Benua Asia, mengalahkan Singapura, Hongkong, dan beberapa negara tetangga lainnya.
2. Andra Matin
Arsitek Andra Matin dengan karyanya yang bertajuk 'Elevation' masuk dalam daftar arsitek Indonesia yang karyanya diakui internasional. Dia mendapatkan penghargaan Venice Architecture Biennale, Italia pada Mei-November 2018 lalu.
Bukan bangunan dan desain sembarangan, Andra Matin mengajak kita berkeliling di labirin tiga lantai yang indah. Bangunan ini bukan sekadar labirin biasa, melainkan sebuah maket dari berbagai rumah adat di Indonesia.
3. SASO Architects
Kali ini datang dari perusahaan yang bergerak di perencanaan bangunan dan interior, SASO Architects. Mereka berhasil memenangkan salah satu kategori dari 5th Global LafargeHolcim Awards for Sustainable Construction 2018.
Berawal dari keinginan untuk memajukan daerah tertinggal dengan membangun sekolah di Ruteng, NTT untuk proyek sosial. Hingga mereka membawa proyek ini ke dalam ajang bergengsi. LafargeHolcim Awards.
4. SHAU
Lagi-lagi karya yang mulanya untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia ketika dibawa ke ajang internasional berhasil meraih penghargaan bergengsi. SHAU membawa Microlibrary Warak Kayu ke Architizer A+Awards 2020 dan menyabet penghargaan bergengsi dari Architizer A+Awards 2020 untuk kategori "Institutional-Libraries".
SHAU disebut berhasil menciptakan sebuah bangunan yang sejalan dengan fungsinya untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Sebelumnya, SHAU juga berhasil menyabet gelar terbaik di Architizer A+Awards 2017 dengan membuat Microlibrary Bima yang memanfaatkan bahan daur ulang. Dia memakai 2.000 ember plastic untuk fondasi bangunan, bahkan bagian dinding perpustakaan dibangun menggunakan ember es krim.
5. Andy Rahman Architect
Biophilic Boarding House adalah karya Andy Rahman Architect yang berhasil masuk dua kategori penghargaan internasional, yaitu finalis World Architecture Festival 2016 di Berlin, dan nominasi Building of The Year 2017.
Berbeda dengan jenis bangunan sebelumnya, karya Andy Rahman Architect ini berupa kos-kosan bolong. Karyanya ini menonjolkan sirkulasi udara yang baik sehingga lebih sehat dan nyaman. Bahkan, penggunaan AC sangat diminimalkan yang membuat bangunan ini ramah lingkungan.
6. Budi Pradono
Salah satu arsitek Indonesia yang cukup sering mengirimkan karyanya ke kancah internasional adalah Budi Pradono. Dia berhasil menyabet berbagai penghargaan, salah satunya lewat karya Dancing Mountain House di ajang Arcasia Architecture Awards (AAA) 2016.
Dancing Mountain House disebut sebagai proyek residensial terbaik se-Asia karena memiliki konsep borderless home alias rumah tanpa sekat.
Menariknya, penghargaan yang didapatkan Budi Pradono tidak hanya itu saja. Sebab arsitek kenamaan Indonesia ini juga pernah masuk nominasi ArchDaily Building of The Year 2018 dengan karyanya Casablanca Residence.
7. Nabila Larasati Pranoto
Selanjutnya ada Nabila Larasati Pranoto dengan karyanya "_A Living Organism_". Dia mengungkapkan karyanya ini terinspirasi dari keprihatinan global warming.
Nabila berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi tahunan di bidang arsitektur lingkungan oleh Jacques Rougerie Foundation, Prancis. Karya uniknya ini pun juga berhasil menyabet penghargaan Coup de Coeur Award kategori "Architecture and Sea Level Rise".
8. Andry Widyowijatnoko
Andry Widyowijatnoko membawa karyanya OBI Great Hall ke Arcasia Award 2016 dan masuk dalam kategori "Public Amenity/Institutional Building". Bangunan ini sebenarnya berada di Purwakarta, Jawa Barat berupa bangunan dengan konstruksi bambu yang cantik.
9. D-Associates
Lagi-lagi arsitek Indonesia manyabet penghargaan di penghargaan internasional dari Arcasia Architecture Awards (AAA) dalam kategori "Perumahan Individu Bukan Keluarga". Dia adalah D-Associates dengan karyanya yang berjudul Dra House.
D-Associates membuat Dra House memadukan tiga unsur berbeda, yaitu estetis, modern, dan alam di Bali. Perpaduan batu, kayu, dan pemilihan warna alam cokelat, semakin menonjolkan sisi kenyamanan dari rumah tersebut. Sebuah perpaduan yang sangat sesuai dengan konsep rumah hunian ideal.
(aqi/dna)