Tepat hari ini warga Jakarta sedang merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta ke-497. Salah satunya, dengan dilaksanakannya upacara yang berlokasi di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
Monumen ikonik Jakarta ini ternyata memiliki sejarah panjang mengenai arsitekturnya. Berikut ulasan lebih lanjut arsitektur Monas yang penuh makna.
Awal Mula Pembangunan Monas
Salah satu monumen peringatan yang terkenal di Indonesia adalah Monumen Nasional (Monas). Guna memuliakan kerja keras rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, dibangunlah bangunan tinggi ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip dari Album Budaya Direktori Museum Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pembangunan Tugu Monumen Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 214 tahun 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional. Kolonel Umar Wirahadikusumah, Komandan KMKB Jakarta Raya, adalah sosok yang memimpin pembangunannya.
Akan tetapi, baru terwujud pembangunannya saat Indonesia genap berusia dua windu berdasarkan gagasan presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Pada 17 Agustus 1961, Soekarno meletakkan batu pertamanya di Monas.
Arsitek ternama Indonesia, Soedarsono, dan Prof. Dr. Ir. Roosseno selaku penasihat konstruksi lah yang merancang bangunan Monas.
Arsitektur Monas
Terdapat banyak lambang khas budaya Indonesia memenuhi arsitektur Monas. Misalnya, wujud tugu yang sangat tinggi melambangkan lingga (alu/antan), serta pelataran cawan yang bermakna yoni (lumpang). Alu dan lumpang adalah alat rumah tangga yang dimiliki oleh banyak orang di Indonesia.
Lingga dan yoni menyimbolkan positif dan negatif, layaknya wanita dan pria, api dan air, atau siang dan malam.
Pelataran puncak tugu api yang tak padam menjadi ikon terkenal Monas. Hal ini menyimbolkan perjuangan rakyat Indonesia yang juga tak pernah padam.
Angka Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus 1945 (17-8-1945) pun diaplikasikan pada arsitekturnya, yaitu sebagai berikut: tinggi pelataran cawan 17 meter serta tinggi ruang Museum Sejarah 8 meter, dan luas pelataran cawan berbentuk bujur sangkar berukuran 45 meter x 45 meter.
Bagian-bagian Pokok Tugu Monas
1. Ruang Museum
Ruang ini terletak 3 meter di bawah permukaan halaman Tugu Monas. Marmer melapisi seluruh dinding, lantai, hingga tiang.
Terdapat 51 jendela peragaan (diorama) yang memperlihatkan kehidupan bangsa Indonesia saat masih memperjuangkan kemerdekaan, serta masa pembangunan Orde Baru.
2. Ruang Kemerdekaan
Ruang ini berbentuk amphitheater dan terletak di dalam Cawan Tugu Monas. Terdapat empat atribut kemerdekaan, yakni bendera Sang Saka Merah Putih, lambang negara Bhinneka Tunggal Ika, peta kepulauan negara, dan Pintu Gapura berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.
3. Relief Sejarah Indonesia
Relief ini berbentuk timbul dan mengelilingi monumen. Relief ini mengilustrasikan sejarah Indonesia saat penjajahan, perlawanan, sampai masa pembangunan Indonesia modern.
4. Pelataran Puncak
Pelataran ini berada di ketinggian 115 meter dari halaman Tugu Monas. Ada lift kapasitas 11 orang, Pelataran puncak luasnya 11x11 meter persegi dan bisa menampung 50 orang. Pengunjung juga bisa menggunakan teropong yang disediakan untuk melihat pemandangan Jakarta 36 derajat.
5. Lidah Api Kemerdekaan
Lidah Api terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter serta berdiameter 6 meter. Sedangkan beratnya sekitar 50 kg. Kalau dilihat dari bawah, ketinggian dari halaman Tugu Monas hingga puncak Lidah Api adalah 132 meter.
(abr/abr)