Siapa Arsitek Gedung DPR? Ini Orangnya

Siapa Arsitek Gedung DPR? Ini Orangnya

Salma Hamidah - detikProperti
Sabtu, 06 Apr 2024 12:01 WIB
Gedung DPR
Gedung MPR/DPR RI Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Di Jakarta ada berbagai gedung bangunan bersejarah. Salah satu bangunan bersejarah yang berlokasi di Senayan, Jakarta adalah Gedung MPR/DPR RI.

Gedung DPR dipergunakan sebagai kantor bagi para legislatif, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Lantas, siapa ya arsitek dari gedung ikonik di pusat Jakarta ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari situs resmi MPR RI, Sabtu (6/4/2024) gedung ini dibangun tanggal 8 Maret 1965 melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 48/1965. Bermula dari gagasan Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno agar mengadakan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces).

Pada tanggal 22 Februari 1965, Presiden Soekarno menetapkan dan mengesahkan arsitektur gedung yang merupakan hasil rancangan karya Soejoedi Wirjoatmodjo, Dipl.Ing.

ADVERTISEMENT

Sayangnya, pembangunan gedung ini sempat mandek sebab insiden G30S PKI. Untungnya, pembangunan dilanjutkan kembali menurut Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 79/U/Kep/11/1966 tanggal 9 November 1966 yang peruntukannya diganti menjadi Gedung MPR/DPR RI.

Komplek MPR/DPR/DPD RI mencakup beberapa gedung, antara lain: Gedung Nusantara adalah gedung utama dalam komplek MPR/DPR/DPD yang bermodel kubah dengan bentuk setengah lingkaran yang menyimbolkan kepakan sayap burung yang akan terbang, Gedung Nusantara I diresmikan dengan tinggi 100 meter dan memiliki 24 lantai, Gedung Nusantara II, Gedung Nusantara III, Gedung Nusantara IV, Gedung Nusantara V, Gedung Bharana Graha, Gedung Sekretariat Jenderal MPR/DPR/DPD, Gedung Mekanik, dan Masjid Baiturrahman.

Di area komplek Gedung MPR/DPR RI, ada kolam air mancur dengan Patung Elemen Estetik dan dihimpit oleh tiang bendera berjumlah 35 buah dan gedung dengan tulisan besar Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan titik fokus utama tangga masuk Gedung Nusantara yang besar dan tinggi.

Bentuk Patung Elemen Estetik pada awalnya berupa tiga bulatan yang saling berkesinambungan dan berhubungan. Patung Elemen Estetik merupakan hasil karya Drs. But Mochtar dari Departemen Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB).

Teknik pembuatan Patung Elemen Estetik dibuat dari konstruksi rangka besi dengan lapisan sheet tembaga yang ditancapkan pada fondasi beton. Pembuatan Patung Elemen Estetik beres tahun 1977.

Profil Soejoedi Wirjoatmodjo

Soejoedi WirjoatmodjoSoejoedi Wirjoatmodjo Foto: Soejoedi Wirjoatmodjo

Dilansir dari situs resmi Kemendikbud, Soejoedi terkenal sebagai mahasiswa yang pandai. Beliau menamatkan empat tahun masa studinya di jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Bandung (sekarang ITB). Pemerintah Prancis memilih Soejoedi sebagai mahasiswa pertama yang memperoleh beasiswa dari institusi tersebut. Namun, setelah setahun mempelajari arsitektur di Ecole Superieure National des Beaux Arts, Paris, ia merasa tidak cocok dengan negeri tersebut. Akhirnya, Soejoedi pindah ke Hoogeschool, Delft, Belanda.

Keadaan politik di Indonesia membuat para mahasiswa Indonesia termasuk Soejoedi akhirnya pindah ke Jerman. Di Jerman, Soejoedi mendapat gelar Master Dipl.Ing dari Technische Universitat, Berlin Barat seusai belajar dua tahun dan lulus dengan predikat cum laude.

Soejoedi adalah pelopor pemasyarakatan arsitektur modern di Indonesia lewat karya-karyanya, penggagas pembukaan sekolah-sekolah arsitektur baru di Jakarta (Universitas Indonesia), Yogyakarta, (Universitas Gadjah Mada), Semarang (Universitas Diponegoro), Surabaya (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), dan Makassar (Universitas Hasanuddin). Hal ini dilakukan sebagai bentuk menggalang kekuatan menyaingi dominasi CGMI di kampus-kampus saat itu. Beliau adalah pejuang profesi, arsitek guru bagi generasi muda. Hasil karya-karya arsitektural Soejoedi yang monumental, antara lain Gedung Sekretariat ASEAN, Gedung Kedutaan Besar Prancis, dan Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur, Seoul, dan Beograd.

Puncak kesuksesannya adalah gedung DPR. Sayangnya, keberhasilannya tak disertai dengan perhatian atas kesehatannya sendiri. Soejoedi sering jatuh sakit karena terlalu bekerja keras, yang akhirnya membuat beliau harus menyerah pada takdir. Soejoedi menghembuskan napas terakhir pada tanggal 17 Juni 1981, dalam usia muda yaitu 53 tahun.




(abr/abr)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads