Masjid Istiqlal merupakan sebuah ikon DKI Jakarta. Bahkan, masjid ini menjadi salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara.
Bangunan Masjid Istiqlal berdiri di atas lahan seluas 9,5 hektare dan dapat menampung sekitar 120.000 jemaah. Masjid ini juga dinilai memiliki berbagai nilai penting, contohnya seperti ilmu pengetahuan, pendidikan, dan keagamaan.
Lantas siapa ya yang merancang Masjid Istiqlal?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia adalah Friedrich Silaban.
![]() |
Dilansir dari Rethinking the Future, Silaban merupakan anak seorang pendeta dan beragama Kristen. Walau demikian, ia memenangkan sayembara desain masjid tersebut yang diadakan oleh Presiden Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno, pada 1955.
Dikutip dari Ensiklopedia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Friedrich Silaban merupakan anak dari pasangan Noria boru Simamora dan Sintua Jonas Silaban. Ia lahir pada 16 Desember 1912 di Desa Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara.
Ia berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di HIS, Narumonda, Tapanuli, Sumatra Utara. Pada 1927, ia mengikuti tes Koningen Wilhelmina School atau KWS (Sekolah Teknik Menengah di Hindia Belanda). Setelah lulus tes, Silaban kemudian berangkat ke Batavia untuk melanjutkan pendidikannya tersebut. Kemudian, ia lulus dari KWS pada 1931.
Karir Silaban sebagai arsitek dimulai ketika menjelang lulus sekolah. Ia bekerja paruh waktu untuk juru gambar BOW bernama J.H. Antonisse. Di sana lah kemampuannya sebagai arsitek semakin terlatih. Ia juga ikut dalam pameran di Pasar Gambir.
Karena memiliki kemampuan yang baik, Silaban kemudian bekerja untuk Zeni Angkatan Darat Belanda pada 1931-1939. Selanjutnya ia pindah menjadi drafter di Kotapraja Bogor pada 1939-1942.
Saat pendudukan Jepang, Silaban bekerja di Dinas Pekerjaan Umum Bogor hingga 1947. Ia juga ditetapkan sebagai Direktur Pekerjaan Umum hingga 1949. Silaban tetap berkarir dalam pemerintahan hingga pensiun di Dinas Pekerjaan Umum Kotapraja Bogor.
Selain menjadi pegawai pemerintahan. Silaban juga kerap terlibat dalam berbagai proyek pembangunan swasta dan mengikuti kompetisi. Pada pemerintahan Presiden Soekarno, Silaban terlibat banyak terlibat proyek 'National Building' dengan 2 proyek terpenting yaitu pembangunan Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional atau Monas.
Kala itu, bangunan-bangunan yang dibuat sarat akan nilai-nilai nasionalisme. Pada desain bangunan Masjid Istiqlal pun juga terdapat nilai nasionalisme yaitu kubah berdiameter 45 meter yang melambangkan tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 1945.
Sebagai informasi, pembangunan Masjid Istiqlal memakan waktu hingga 17 tahun. Peletakan batu pertama dilakukan pada 1961 oleh Ir. Soekarno dan diresmikan oleh Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto pada 1978.
Dilansir dari istiqlal.or.id, Jumat (15/3/2024), lamanya pembangunan masjid tersebut karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer di mana partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi tersebut memuncak pada 1965 saat meletusnya peristiwa G30S/PKI.
Setelah situasi politik mereda, pada 1966, Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Pembangunan Masjid Istiqlal ini menelan biaya dari APBN sebesar Rp 7 miliar dan US$ 12 juta.
Itulah arsitek Masjid Istiqlal. Sudah tahu kan sekarang?
(abr/abr)