Sutardji Calzoum Bachri Ingin Puisi Populer Lagi di Indonesia
Penganugerahan diserahkan kepada Sutardji Calzoum Bachri dan 31 penerima lainnya di Ciputra Artpreneur Theatre pada Rabu (17/12/12) malam.
Kepada redaksi detikpop, pelopor penyair angkatan 1970-an itu cerita sebelum anugerah yang diberikan Kementerian Kebudayaan tersebut, ia sudah meraih sejumlah penghargaan.
"Saya sudah pernah terima Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia, gelar Datuk Seri Pujangga Utama dari Riau, termasuk juga dari SEA Write Award dari Kerajaan Thailand, sudah banyak-lah tapi jujur saya senang di usia saya yang sudah tua," ucapnya.
Sutardji dikenal lewat ungkapan Kredo Puisi bahwa kata-kata harus bebas dari pengertian dan beban ide. Kredo Puisi ini juga yang berikan pemahaman pada pembaca terhadap karya sajak dan sikapnya.
Setelah menerima piagam penghargaan, Sutardji ngaku ingin puisi lebih dipopulerkan lagi di Indonesia. "Biar lebih banyak yang suka dan panggung-panggung puisi lebih banyak lagi seperti dulu," katanya.
Sosok Sutardji bukan sembarang penyair kacangan. Pada 1971, lulusan UNPAD Bandung itu mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta lewat kumpulan puisi Amuk.
Baca juga: Jejak Manusia Jawa, Kini Kembali |
Selain berprofesi sebagai penyair, ia pernah bekerja sebagai redaktur di majalah Horison dan menjadi redaktur senior pada 1966. Sutardji juga bekerja di majalah mingguan Fokus. Setelah berhenti menjadi redaktur di majalah Horison, ia menjadi redaktur rubrik budaya Bentara di Harian Kompas dan menangani puisi pada tahun 2000 hingga 2002.
Pada musim panas 1974, Sutardji mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam, Belanda. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa, Amerika Serikat, sejak Oktober 1974 hingga April 1975.
(tia/dar)











































