Demi Karya Seni, Kei Imazu Riset hingga Jelajahi Area Sunda Kelapa

Dari ketertarikan itulah, Kei Imazu meneliti soal area Sunda Kelapa yang ada di wilayah pesisir. Ia nemuin fakta sejarah antara latar belakangnya dari Jepang dan masa kolonial Belanda yang disebutnya sebagai masa 'ambisi kolonial'.
Menurut Kei Imazu, sebelum nama Jakarta yang dikenal sekarang ini dahulunya adalah Batavia. Tahun 1943, tentara Jepang datang dan ngubah Jakarta yang kita kenal sekarang. Dengan latar belakang itu, jadi punya perasaan campur aduk yang terasa kelam.
"Ada juga cerita rakyat gimana memainkan peranan terhadap perubahan sosial masyarakat. Saya gabungkan dengan dua mitologi, Dewi Sri dan Nyi Roro Kidul," terangnya lagi.
Kei Imazu datang berulang kali ke Sunda Kelapa dan mengamati kondisi sosial yang ada di sana. Wilayah yang gak seharusnya jadi pusat perdagangan itu punya setumpuk masalah, dan (tentunya) masalah itu masih ada sampai sekarang.
Ia nyebutin di antaranya penurunan permukaan tanah, banjir tahunan, masyarakatnya yang ada di garis kemiskinan hingga sejarah kelam di baliknya.
"Saya nyebutnya sebagai ambisi kolonial, kita mempelajari di awal abad ke-18 sejarah masa lampau menempatkan Sunda Kelapa di ambisi yang besar. Pakai sistem Amsterdam buat Batavia, padahal kan gak pas ya. Hasilnya bukan hanya permukaan laut yang menurun tapi ada banyak penyakit sosial lainnya," terangnya lagi.
Hasil dari temuannya pun digambarin Kei Imazu lewat pameran retrospektif perdananya yang berjudul The Sea is Barely Wrinkled. Dia gambarin Sunda Kelapa yang jadi pelabuhan penting dan pusat perdagangan maritim di masa pra-kolonial hingga masa kekuasaan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC).
Penasaran dengan telusur Kei Imazu di Sunda Kelapa? Eksibisinya baru dibuka akhir pekan ini pada 24 Mei 2025 ya di Museum MACAN, Jakarta Barat.
(tia/pus)