Gen Z Males Nonton Film Esek-esek, Lebih Pilih Animasi

Asep Syaifullah - detikPop
Sabtu, 25 Okt 2025 06:19 WIB
Foto: Dok. Ist
Jakarta -

Generasi Z (Gen Z), si penentu tren global, kembali mematahkan stereotipe Hollywood. Sebuah studi masif baru-baru ini menunjukkan preferensi tontonan yang sangat mengejutkan.

Alih-alih mengejar adegan seksual yang eksplisit, Gen Z justru haus akan film animasi yang relate dan drama yang lebih fokus pada persahabatan serta keberagaman hubungan.

Basically, mereka bored dengan drama romansa usang yang serba lebay dan adegan hot yang seringkali terasa cringe dan out of place.

Riset yang dilakukan UCLA's Center for Scholars & Storytellers (via Variety pada 24 Oktober) melibatkan ribuan Gen Z (usia 10 hingga 24 tahun) ini menjadi alarm keras bagi para filmmaker. Data menunjukkan bahwa mayoritas Gen Z merasa adegan seksual di film dan serial TV seringkali tidak perlu dan bahkan mengganggu esensi cerita.

Generasi digital ini menegaskan bahwa mereka mencari representasi yang lebih otentik. Faktanya, lebih dari separuh responden (sekitar 51%) menyatakan minat mereka pada cerita yang lebih menonjolkan hubungan platonis (persahabatan murni) dan dinamika keluarga, daripada melulu tentang love interest.

Yang lebih mind-blowing lagi, sekitar 39% responden ingin melihat lebih banyak karakter aromantik (tidak tertarik pada romansa) dan aseksual (tidak tertarik pada aktivitas seksual) di layar.

Selama beberapa dekade, Hollywood telah beralih ke pasar remaja dan dewasa muda sebagai penentu selera keren dan trendi, dan selama itu pula, mereka mencoba menenangkan pasar tersebut dengan film dan acara yang berpusat pada seks dan skandal.

Contohnya "Where The Boys Are" pada 1960-an, "Porky's" pada 1980-an, "American Pie" pada 1999, dan "Superbad" pada 2007; semuanya adalah film klasik untuk generasi remaja masing-masing, dan masing-masing semakin vulgar.

Sekarang, situasinya berubah. Jawaban teratas untuk "Apa acara atau film favoritmu?" antara lain "Stranger Things," "Wednesday," "Spongebob Squarepants," dan "Spider-Man."

Hasil ini pun seolah menampar industri yang selama ini cenderung mengeksploitasi adegan seksual, seringkali tanpa kontribusi signifikan pada plot. Fenomena ini pun diperkuat dengan popularitas besar film-film dan serial animasi yang menguasai tangga trending, membuktikan bahwa kedalaman emosi dan narasi unik jauh lebih menarik bagi Gen Z daripada daya tarik kulitnya.

Lonjakan preferensi terhadap konten animasi adalah petunjuk terbesar bagi Hollywood. Bagi Gen Z, animasi bukan lagi sekadar tontonan anak-anak.

Genre ini menawarkan kebebasan tak terbatas dalam berekspresi, mengeksplorasi tema-tema kompleks, hingga menciptakan world-building yang fantastis. Semua tanpa harus terjebak dalam ekspektasi realisme sinematik yang melelahkan.

Studi ini menyimpulkan, Gen Z adalah generasi yang capek dengan romansa klise dan eksploitasi berlebihan, terutama setelah tumbuh dewasa dalam lingkungan yang serba terkoneksi dan dipenuhi toxic content.

Mereka mencari tontonan yang wholesome, relatable, dan jujur, yang mencerminkan hubungan manusia yang lebih luas dan tidak didominasi oleh motif seksual.

"Industri hiburan harus sadar, Gen Z sudah menentukan standar. Mereka menuntut keaslian. Jika adegan seks tidak esensial untuk perkembangan karakter atau cerita, mereka akan skip atau bahkan mengkritiknya habis-habisan di media sosial," tutup Dr. Sarah Miller, peneliti utama dari UCLA.



Simak Video "Video: 19 Orang Tewas dalam Demo Gen Z di Nepal Tolak Pemblokiran Medsos"

(ass/nu2)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork