The Teacher: Guru Palestina Mengajar Grammar di Tengah Genosida

Sinopsis The Teacher

Di tengah berita tentang gencatan senjata di Gaza dan kabar bahwa 250 warga Palestina akhirnya dibebaskan dari penjara Israel, film The Teacher terasa kayak gema yang datang dari tempat yang sama. Film yang rilis sejak 2023 itu kini ditayangkan di KlikFilm, kayak suara kecil dari orang biasa yang mencoba bertahan hidup di tengah kekacauan.

Disutradarai oleh Farah Nabulsi, yang juga menulis naskahnya, The Teacher kayak potret getir tentang bagaimana kehidupan sehari-hari berjalan di Palestina. Ada kehilangan yang gak pernah selesai.

Review The Teacher

Pusat ceritanya ada pada Basem El Saleh, seorang guru bahasa Inggris di Palestina yang diperankan dengan tajam oleh Saleh Bakri. Dari luar, Basem kelihatan seperti sosok tenang, tipe guru idealis, yang percaya bahwa bahasa bisa jadi jembatan menuju masa depan yang lebih baik.

Tapi di balik wajahnya yang datar dan tutur katanya yang lembut, ada luka yang dalam. Dia kehilangan anak dalam konflik dengan Israel.

Sejak itu, hidupnya seperti berada di antara dua dunia, antara kelas dan medan perang, antara logika dan dendam.

Nabulsi memotret kehidupan Basem dengan cara yang pelan tapi menghantam. Kamera sering menyorot wajah-wajah lelah, bangunan yang separuh runtuh, dan cahaya sore yang menimpa puing-puing rumah kusam dan berdebu.

Sinematografinya gak berusaha bikin realitas tampak indah. Justru sebaliknya, film ini terasa kayak dokumentasi dari banyak luka yang belum kering.

Di salah satu adegan paling menyesakkan, Basem menyaksikan muridnya ditembak mati oleh warga Israel. Si anak hanya berusaha melindungi kebun zaitun keluarga, tempat yang bagi mereka bukan cuma sumber penghasilan, tapi juga simbol identitas dan harapan.

Adegan itu direkam dengan satu take panjang, tanpa musik pengiring, cuma suara angin dan teriakan yang terputus.

Selain Bakri, ada Imogen Poots yang berperan sebagai relawan dari Inggris. Karakternya membawa perspektif luar yang gak sepenuhnya paham kondisi di sana.

Melalui interaksi mereka, Poots ngasih sedikit cahaya di tengah film yang suram, ngasih napas bagi penonton yang sejak awal dibuat sesak, apalagi kita kayak sudah tau, gak ada harapan film ini bakal berakhir bahagia.

Karakter Basem yang tajam seolah bicara tentang dilema pelik, bagaimana seseorang bisa tetap mengajarkan kedamaian di tempat di mana keadilan terasa mustahil? Bagaimana guru bisa mengajarkan bahasa Inggris, kalau setiap hari muridnya justru harus belajar bertahan hidup?

Tapi yang kita yakini, Basem bisa jadi bukan sekadar karakter fiksi, dia cerminan ratusan guru, ayah, dan warga yang setiap hari harus memilih antara menyerah atau bertahan.