Ini Alasan AI Gak Bakal Gantikan Aktor

Meski bean counter studio (orang yang ngurusin duit) mungkin ngeliat dia sebagai 'surga' karena nggak perlu gaji, nggak protes script, dan perfect terus, ternyata ada satu hal basic yang nggak bisa dia tiru: Vibe Manusia.
Menurut ulasan dari Screen Rant (8/10), Tilly Norwood dan aktor AI sejenis nggak akan pernah bisa menggantikan aktor beneran. Kenapa? Karena mereka nggak punya 'Live' Experience alias pengalaman hidup.
Kenapa Tilly Gak Akan Pernah Work?
1. Gak Bisa Go on Hot Ones (dan Sejenisnya)
Coba bayangin, Tilly Norwood nggak akan bisa diundang ke acara talk show kayak Hot Ones buat makan sayap ayam pedas sambil diwawancara, atau ikutan lie detector test bareng Seth Rogen.
Kenapa? Karena dia nggak punya cerita lucu soal delay di bandara atau momen blunder di karpet merah.
Hubungan kita dengan aktor (dan film) itu datang dari human element mereka. Kita suka karena mereka punya kekurangan, ketakutan, keraguan, kegagalan, dan yang paling penting, kesuksesan-semua itu dibentuk oleh pengalaman hidup. Tanpa itu, Tilly cuma sekumpulan data yang jalan.
2. Gak Ada Momen Ad-Lib Ikonik
Momen paling epic di film itu sering kali datang dari improvisasi aktor. Contoh paling gampang? Line legendaris di film Jaws, "You're gonna need a bigger boat", yang ternyata adalah candaan kru di lokasi syuting.
Tilly Norwood, sebagai algoritma, nggak akan pernah bisa punya inside joke sama kru di lokasi syuting. Dia nggak bisa merasakan kehidupan nyata dan membawa vibe itu ke dalam perannya.
Line dia akan selalu sesuai coding, dan itu yang bikin seni jadi mati rasa.
3. Art = Human Element
Intinya, yang bikin seni itu berharga adalah elemen manusianya. Aktor sejati membawa pengalaman hidup mereka ke dalam peran, bahkan saat kita nggak melihat wajah mereka.
Baca juga: Ide Gila James Cameron di Avatar 4 & 5 |
Itu yang membuat performa mereka terasa nyata. Aktor AI mungkin perfect secara teknis, tapi mereka nggak punya jiwa (soul) yang berasal dari human connection.
Meskipun studio mungkin ngarep Tilly bisa jadi next Scarlett Johansson, tapi selama dia nggak bisa ngerasain emosi beneran, hangout sama kru, atau spill the tea di late-night show, dia cuma jadi gimmick yang hype-nya sebentar.
Hollywood harus chill dan inget: yang kita tonton di film itu refleksi dari kita, manusia. Kalo filmnya cuma diisi code, penonton juga auto 'skip'.
(ass/wes)