Kejahatan Besar Gak Butuh Monster, Cukup Orang-Orang Patuh

Nugraha
|
detikPop
Jagal: The Act of Killing
Foto: dok The Act of Killing
Jakarta - Orang jahat itu gak melulu bertampang bengis dan haus darah, atau berencana menghancurkan dunia. Filsuf Hannah Arendt di awal 1960-an datang dengan ide yang cukup bikin orang kaget, banality of evil.

Istilah ini muncul saat filsuf Yahudi itu meliput persidangan Adolf Eichmann, birokrat Nazi yang punya peran penting dalam Holocaust. Arendt kaget setelah melihat Eichmann ternyata bukan tipe villain yang penuh karisma atau psikopat berdarah dingin ala film Hollywood.

Dia justru terlihat membosankan dan kaku, kayak orang yang tiap hari fokus di kantor dengan tumpukan kertas buat dibaca dan ditandatangani. Dia hanya menjalankan tugas.

Bagi Arendt, itu justru yang lebih menyeramkan. Kejahatan besar bisa terjadi bukan karena otak jahat, tapi karena orang biasa yang nurut dan hanya ikut aturan. Eichmann jauh dari berpikir apakah tindakannya itu benar atau salah.

Sejak itu, banality of evil jadi istilah yang menggambarkan bagaimana perilaku jahat bisa tumbuh subur di tengah rutinitas sehari-hari. Dibungkus dengan bahasa yang terdengar normal. Beberapa film berhasil memotret fenomena seperti itu, berikut di antaranya:

1. Hannah Arendt (2012)

Hannah Arendt bukan film perang atau thriller penuh adegan sidang dramatis. Sebaliknya, dia fokus pada kehidupan pribadi dan intelektual Arendt (Barbara Sukowa) saat meliput persidangan Eichmann untuk The New Yorker.

Film ini punya keberanian untuk gak menampilkan Eichmann sebagai monster. Arendt melihatnya sebagai sosok biasa, birokrat patuh yang gak pernah mikir kritis soal konsekuensi tindakannya.

Justru karena kebiasaannya itulah yang bikin dia jadi alat sempurna dalam sistem kejahatan besar. Film ini mengajak kita untuk bertanya, kalau di posisi dia, apa kita akan berbeda?

2. The Act of Killing (2012)

Film dokumenter garapan Joshua Oppenheimer ini bikin bulu kuduk berdiri. Alih-alih mengekspos korban, The Act of Killing justru memberi panggung pada para pelaku pembantaian anti-komunis 1965.

Mereka dengan bangga menceritakan, memeragakan ulang cara membunuh, seolah itu adalah bagian dari film aksi. Bukan cuma cerita sadisnya aja yang bikin ngeri, tapi cara mereka tertawa, bergaya, bahkan bangga saat mengenang kekerasan yang dilakukan.

Film ini benar-benar menampilkan wajah telanjang dari banalitas kejahatan. Ketika narasi, budaya dan politik bikin para pelaku merasa apa yang mereka lakukan bukanlah kejahatan, melainkan tugas mulia.

3. The Zone of Interest (2023)

Jonathan Glazer mengambil pendekatan beda. Alih-alih memperlihatkan horor kamp konsentrasi, The Zone of Interest justru menyoroti kehidupan Rudolf Hoss, komandan Auschwitz, dan keluarganya.

Rumah mereka berdampingan langsung dengan kamp kematian, tapi yang kamu lihat di layar hanyalah aktivitas biasa, berkebun, ngobrol soal anak, mikirin masa depan.

Sementara itu, suara teriakan, tembakan, dan mesin krematorium terus terdengar samar dari balik tembok. Ironisnya, mereka hampir gak terganggu. Hidup tetap berjalan normal.

Banalitas kejahatan dalam bentuk paling dingin, karena mampu memisahkan diri dari realitas. Mereka menaruh fokus pada urusan domestik, sementara di balik tembok ada ribuan orang yang terbunuh.

4. Jojo Rabbit (2019)

Film satir garapan Taika Waititi ini sebenarnya ngulik sisi absurd dari propaganda Nazi. Ceritanya tentang Jojo, bocah 10 tahun yang begitu fanatik sama Hitler sampai punya Hitler imajiner sebagai teman curhat.

Tapi di balik komedinya yang konyol, film ini nunjukin bagaimana kejahatan besar bisa tumbuh dari hal-hal sepele seperti indoktrinasi sejak kecil, ikut-ikutan kelompok, sampai ketakutan untuk berbeda.

Momen ketika Jojo ketemu Elsa, gadis Yahudi yang dia sembunyikan di loteng rumah, jadi titik balik. Dari awalnya dicekoki kebencian buta, Jojo pelan-pelan sadar kalau orang keturunan Yahudi yang digambarkan musuh selama ini, ternyata bukan monster, tapi manusia biasa.


(nu2/ass)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO