Banyak banget cerita di film, sampai mitologi yang bikin kamu tanpa sadar bersimpati sama penjahat, setan, atau bahkan iblis. Padahal mereka jelas-jelas jahat.
Tapi, mereka biasanya gak asal bikin onar, tapi punya alasan, motivasi, atau bahkan perintah yang mereka patuhi. Ambil contoh gampang, Loki di MCU.
Awalnya kamu lihat dia cuma pengkhianat yang iri sama Thor. Tapi, makin dalam ceritanya, kelihatan kalau dia sebenarnya cuma haus pengakuan. Loki juga terjebak dalam identitas rumit, terakhir, dia juga kacau karena hidup di bawah bayang-bayang kakaknya.
Ada juga Thanos. Dia membunuh setengah populasi semesta. Tapi di kepalanya, itu justru jadi pengorbanan demi keseimbangan. Karena motivasinya jelas, dia akhirnya bikin sebagian penonton ada di posisi dilematis.
Mereka, para penjahat itu sering kali disejajarkan dengan setan atau iblis yang bukan sekadar makhluk jahat tanpa alasan. Kejahatan mereka seringkali bagian dari narasi besar, bukan sekadar kesenangan pribadi. Kayak sosok villain di Marvel Cinematic Universe ini. Mereka punya lapisan emosi dan motivasi yang dalam:
Loki
Loki itu contoh klasik anak yang selalu ngerasa dibandingin. Dari kecil, dia hidup dalam bayang-bayang Thor. Begitu tahu kalau dirinya sebenarnya keturunan Frost Giant, identitasnya hancur, kayak semua yang dia percaya selama ini ternyata bohong.
Motivasi Loki bukan semata-mata pengen bikin kacau, tapi lebih ke usaha buat cari pengakuan. Entah dengan cara menguasai Bumi atau menggulingkan Asgard, semua itu pada dasarnya usaha dia nunjukin layak diperhitungkan! Mirip anak hilang yang salah jalan.
Gorr the God Butcher
Bayangin kehilangan anak kesayangan, terus di saat lagi terpuruk, para dewa yang kamu sembah malah cuek. Dari situ lahirlah Gorr. Kekecewaan setelah anaknya meninggal bikin dia ngerasa seluruh sistem itu sia-sia.
Makanya, dia mulai misi gila, bunuhin para dewa. Kedengarannya ekstrem, tapi kalau ditarik ke akarnya, itu sebenarnya ungkapan sakit hati seorang ayah yang ditinggal anak dan dikhianati oleh keyakinannya sendiri. Penonton pun ikut kebawa perasaan, walaupun metode balas dendamnya jelas keterlaluan.
Agatha Harkness
Agatha awalnya muncul di WandaVision kayak tipikal penyihir licik. Tapi kalau kita gali lebih dalam, dia punya cerita tragis juga. Covennya sendiri sempat mengucilkan dia karena kekuatan sihirnya dianggap terlalu berbahaya.
Yang bikin makin pedih, dia pernah punya anak, Nicholas Scratch, tapi harus kehilangan karena takdir. Bayangin sakitnya seorang ibu yang tahu waktunya bersama anak terbatas. Dari trauma itu, Agatha jadi terobsesi dengan kekuatan, bukan cuma untuk berkuasa, tapi sebagai cara twisted untuk melindungi dirinya dari kehilangan lagi.
Baca juga: Skor Emmy Awards, DCU 1 - MCU 0 |
Wanda Maximoff
Wanda mungkin salah satu karakter paling menyedihkan di MCU. Dari kecil udah yatim piatu, terus kehilangan kakaknya (Pietro), kehilangan cintanya (Vision), bahkan anak-anak yang dia ciptakan lewat Hex. Hidupnya cuma berisi kehilangan demi kehilangan.
Jadi ketika dia akhirnya jadi jahat di Doctor Strange in the Multiverse of Madness, itu bukan karena tiba-tiba pengen berkuasa. Tapi karena rasa putus asa seorang ibu yang rela melakukan apa saja demi bisa bersama anak-anaknya lagi.
Bob Reynolds
Bob Reynolds alias Sentry itu sebenarnya proyek eksperimen gagal yang malah berhasil. Dia punya kekuatan luar biasa, tapi saking besarnya, malah bikin kepribadiannya pecah dua, ada dirinya sebagai pahlawan (Sentry) dan sisi gelapnya (Void).
Bob gak sepenuhnya jahat. Dia lebih kayak orang yang terjebak dalam penyakit mental yang bikin dirinya jadi bom waktu berjalan. Void adalah representasi trauma dan rasa sakitnya. Jadi setiap kali dia jahat, itu lebih ke pertarungan batin yang gak pernah selesai. Lawan terbesarnya justru dirinya sendiri.
Bucky Barnes
Bucky Barnes alias Winter Soldier itu bukan villain dengan pilihan bebas. Dia diculik, dicuci otak, dan dipaksa jadi mesin pembunuh HYDRA. Semua kejahatan yang dia lakukan bukan kehendaknya sendiri.
Penonton dibikin simpati karena perjalanan panjang Bucky buat merebut kembali identitasnya. Dia harus hidup dengan beban dosa yang sebenarnya bukan salahnya.
Thanos
Thanos bukan tipe villain yang sekadar pengen berkuasa atau balas dendam pribadi. Motivasinya jauh lebih besar, bahkan terdengar filosofis.
Dia percaya kalau populasi alam semesta sudah terlalu padat, sumber daya terbatas, dan ujung-ujungnya semua akan hancur karena kelaparan dan perang.
Solusi versinya snap, menghapus setengah kehidupan di seluruh alam semesta. Buat Thanos, itu satu-satunya cara menyelamatkan dunia dari kehancuran. Bahkan dia sendiri rela mengorbankan orang yang paling dia cintai, Gamora, demi ngedapetin Soul Stone.
Simak Video "Perkembangan Karakter Tom Hiddleston Jadi Daya Tarik "Loki" Season 2"
(nu2/pus)