Eagles of the Republic: Film Propaganda Pesanan Istana
Setting di Kairo, ceritanya tentang hidup di bawah rezim otoriter yang mungkin pernah terasa jauh dari kita, tapi sekarang rasanya kok makin dekat, ya?
Yang bikin menarik, film ini tuh bukan kayak drama politik berat. Justru awalnya seru dan lumayan lucu karena kita diajak ngikutin kehidupan glamor seorang aktor legendaris Mesir, bernama George Fahmy, diperankan Fares Fares.
Si George ini dijuluki Pharaoh of the Screen, ganteng, tinggi, dan punya aura bintang kelas dunia, kayak Liam Neeson gitu deh, tapi punya sisi melankolis juga. Pokoknya bintang papan atas yang main di berbagai genre, mulai dari film drama serius sampai film absurd.
Hidup George penuh kemewahan, apartemen gede, hubungan asmara dengan aktris yang lebih muda dari setengah umurnya, dan gaya hidup jet-set. Namun, di balik semua itu dia juga rapuh.
George ini sering banget pergi sembunyi-sembunyi beli viagra, pisah dari istrinya, dan hubungan dengan anak yang agak canggung. Tapi tetap, dia masih merasa yang paling berkuasa di hidupnya. Sampai suatu hari, dia dapat telepon yang mengubah semuanya.
Dia diminta (baca: dipaksa) buat main di film biografi Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi. Film itu bakal jadi proyek propaganda besar-besaran yang diberi judul Will of the People.
Sejak saat itu juga semua mulai terasa menegangkan. George awalnya ogah-ogahan karena dia bukan fans rezim militer.
"Saya terlalu tampan buat mainin presiden yang botak dan pendek," ungkap George dengan sombongnya.
Tapi yang dia gak sadar, ini bukan tawaran. Ini perintah! Kalau nolak, siap-siap aja dihancurkan istana.
Baca juga: Deretan Film Menarik di Cannes 2025 |
Kamu juga dikasih gambaran bagaimana semua orang itu diawasi dari atas. Orang bisa ditangkap cuma karena posting pendapat di Facebook. Aparat atau rezim mengontrol segalanya dan gak bisa diajak bercanda.
Eagles of the Republic ditulis dan disutradarai sama Tarik Saleh, filmmaker keturunan Swedia-Mesir yang juga bikin dua film dengan setting di Kairo, The Nile Hilton Incident dan Cairo Conspiracy. Jadi ini semacam penutup triloginya soal korupsi dan kekuasaan di Mesir. (nu2/pus)