Mengenal Tahapan Sensor yang Dilakukan LSF Indonesia

Kalimat tersebut tentunya sudah tak asing di telinga para penonton film Indonesia. Banyak sekali produser yang terpaksa memangkas durasi filmnya karena ada beberapa adegan yang terkena sensor.
Untuk bisa ditayangkan di bioskop Tanah Air mereka pun harus mengantongi Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) yang dikeluarkan oleh Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia.
Lantas bagaimana sebenarnya tata cara dalam pemberlakuan sensor?
Ketua Subkomisi Penyensoran, Hadi Artomo M.Sn, menjelaskan alur yang selama ini dilakukan oleh LSF pada film-film yang akan ditayangkan di bioskop atau pun televisi di Tanah Air.
"Tentunya proses pertama itu pendaftaran lalu film itu akan masuk ke dalam studio. Jadi sebuah film itu diputar untuk di-screening dan dicatat timecode-nya mana yang harus direvisi. Kita tidak boleh lagi melakukan cutting atau pemotongan, karena itu melanggar hak cipta."
"Makanya pemiliknya (film tersebut) harus melakukan revisi dengan sekreatif mungkin. Jangan sampai mengganggu struktur dari film itu. Setelahnya kita akan melihat kembali apakah sudah sesuai."
"Jika produser tidak puas dengan hasil tersebut maka kita akan melakukan re-sensor bersama Komisi 2 dan 3. Biasanya masalahnya karena persoalan tema, seperti narkoba, seks dan KDRT yang masuk dalam 17+," ungkapnya.
Jika dalam proses re-sensor itu masih juga tak didapatkan hasil mufakat antara produser dan LSF maka dilakukan langkah terakhir yakni dialog bersama. Mereka akan memanggil produser film tersebut untuk berbincang terkait film itu sebagai bentuk komunikasi dua arah yang dibangun oleh mereka.
Masalah yang paling sering ditemui mereka biasanya berkutat dengan penggolongan penonton. Tentunya untuk bisa meraup penonton sebanyak-banyaknya para produser mendaftarkan film itu ke dalam kategori Semua Umur.
Hal ini yang kerap menjadi kendala di mana ternyata di dalam film itu ditemui adegan-adegan yang tak layak disaksikan oleh anak-anak.
Lalu apakah ada film Indonesia yang gagal lolos sensor pada 2024 kemarin?
"Nggak, film lokal lolos semua kok. Ada yang bermasalah tapi kan bisa dibereskan (revisinya) setelah dialog," pungkasnya.
(ass/dar)