Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu, Berlatar Jogja pada Momen Transisi Indonesia 1998

Film garapan sutradara Kuntz Agus ini punya kedalaman latar belakang yang membuat suasananya makin hidup.
"Cerita ini memiliki kedalaman, terutama karena berlatar di Jogja pada masa-masa transisi penting Indonesia, yaitu setelah lengsernya Soeharto pada 1998," kata Kuntz Agus dalam wawancara tertulis, belum lama ini.
Momen ini dikatakan Agus menjadi setting yang kuat untuk latar cerita pencarian jati diri dan cinta Sadali (Ajil Ditto), Mera (Adinia Wirasti), dan Arnaza (Hanggini). Ketiganya terpaut kisah cinta rumit dan tak biasa dan melawan zaman.
"Ada juga elemen dunia seni rupa yang diusung, lalu sosial, politik, yang berkelindan dengan kehidupan personal karakter-karakter utama yang menurut saya sangat menarik untuk dieksplorasi di layar lebar," tuturnya.
"Saya merasa, ini adalah cerita tentang bagaimana masa lalu membentuk kita dan bagaimana kita meresponsnya dalam perjalanan hidup. Selain itu, saya tumbuh di Jogja pada masa yang tak berbeda jauh dengan setting cerita film ini," sambung Kuntz Agus.
![]() |
Merangkai cerita dari buku Pidi Baiq, film yang bakal tayang Kamis (21/11/2024) makin kena benang merahnya lewat naskah yang ditulis Titien Wattimena. Nuansa yang disajikan semakin ngena meski diadaptasi dari buku quotes.
"Dua sosok yang memberikan ruang kreatif yang luas. Pidi, dengan gaya penceritaannya yang khas dan mendalam, memberikan nuansa yang dekat dan otentik. Sementara Titien menyempurnakannya dengan drama dan dialog-dialog yang sangat reflektif, tapi tetap terasa sederhana dan membumi," puji Kuntz Agus.
Problematika dalam film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu memang gak biasa. "Drama ini bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang bagaimana kita menavigasi hidup yang penuh ketidakpastian dan pilihan-pilihan sulit," ucapnya.
Film produksi MVP Pictures ini memperlihatkan kolaborasi yang terinspirasi bagaimana seseorang memandang kehidupan. Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu, menyajikan drama yang sarat dengan lapisan emosi dan refleksi sosial.
"Saya terlibat dalam banyak diskusi, terutama dalam mengembangkan karakter Sadali dan dinamika hubungannya dengan Mera dan Arnaza. Proses kolaborasi ini banyak terinspirasi oleh cara mereka memandang kehidupan sebagai sesuatu yang penuh dengan dualitas, sederhana namun kompleks, personal namun juga politis," ungkapnya.
"Di sisi lain, ini juga tentang bagaimana karakter Sadali, seorang seniman, menggunakan seni sebagai bentuk ekspresi diri di tengah pergolakan personal, politik dan sosial yang terjadi pascareformasi," tukas Kuntz Agus.
5 Lagu Hits Pendukung Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu
Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu juga didukung dengan lima lagu hits yang bikin suasananya makin ngena. Lagu-lagu ini juga pastinya masih sangat akrab di telinga pendengar musik.
Melukis Senja dari Budi Doremi yang rilis pada Juni 2020, muncul pada era COVID-19. Di YouTube, video klip Melukis Senja ditonton lebih dari 195 juta kali.
Pastinya masih banyak yang hapal dengan lagu santai dan bikin rileks ini.
Sebagai pendatang baru, lagu-lagu karya Bernadya Ribka lagi banyak banget didengar oleh pecinta musik. Terlintas milik Bernadya dengan aransemen gitar.
Gak cuma Terlintas, Sinyal-sinyal yang dibawakan Bernadya juga ikut muncul dalam Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu. Bernadya dalam lagu ini menyinggung ekspektasi dalam hubungan, tentang kebimbangan karena tak mampu menerjemahkan perasaan seseorang yang dicinta.
Dari Planet Lain milik Sal Priadi yang viral di TikTok dan Instagram ikut dipilih menjadi pengiring dalam film yang menceritakan kisah cinta Sadali, Mera, dan Arnaza.
Terakhir, ada Niscaya dari Bilal Indrajaya. Nuansa lagu yang lebih retro. Di lagu ini menggambarkan soal tidak mudah melupakan seseorang.
(pus/dar)