His Three Daughters: Nikmatnya Melihat Cekcok Antar Saudari

Synopsis:

Rachel (Natasha Lyonne) tinggal bersama ayahnya di sebuah apartemen di New York. Suatu hari, kondisi sang ayah menurun. Ayahnya sekarat. Karena kondisi ini, kedua saudarinya, Katie (Carie Coon) dan Christina (Elizabeth Olsen) pulang untuk ikut merawat ayah mereka. Mereka pulang agar bisa merundingkan hal-hal seputar tindakan medis untuk sang ayah.

Kepulangan ini sekaligus menjadi momen reuni bagi ketiganya. Mereka selama ini memang tak akur. Relasi ketiganya renggang. Mereka seperti orang asing yang tak saling mengenal.

Alih-alih menjadi momen keakraban, ketiganya justru terlibat konflik karena masalah-masalah yang selama ini sengaja diabaikan. Akankah momen pertemuan ini membuat ikatan persaudaraan mereka bertiga kembali pulih?

Review:

Pertama-tama, saat mulai menonton, saya dibuat kesal sekali oleh karakter Rachel. Ia merupakan gambaran seorang anak yang tak bertanggung jawab. Rachel memiliki kebiasaan buruk selama tinggal bersama ayahnya. Seperti misalnya menghisap rokok ganja di ruangan hingga berjudi.

Selain itu, Rachel juga tampak membiarkan kondisi rumah berantakan. Kedua kakaknya menemukan apel busuk masih tersimpan di kulkas. Saat Katie menemukannnya, ia berang. Rachel dianggap tak becus mengurus anaknya.

Cuplikan adegan dalam film His Three Daughter. Foto: Dok. Netflix

Rachel terlihat semakin menyebalkan ketika berulangkali diingatkan agar tak merokok sembarangan, tapi tetap melanggarnya. Sampai di sini, penonton dibuat membenci karakter Rachel meskipun ia bisa melucu.

Namun, mestinya saya tak boleh terlalu gegabah untuk menghakiminya. Karena ketika lapisan-lapisan cerita dikuliti, kita diberi tahu apa yang pernah dialami Rachel. Apa yang membuatnya menjadi tampak ignorance.

Sedangkan Katie, lebih cenderung mendekati gambaran strict parents. Ia ingin semuanya tertata rapi dan tertib. Maka jelas saja jika ia kerap berkonflik dengan Rachel. Jurang perbedaan karakter mereka terlalu lebar. Emosi Katie sempat meledak-ledak dan terlibat saling bantah dengan saudarinya itu.

Katie juga menjadi sosok yang dominan dalam keputusan-keputusan terkait sang ayah. Ia menginginkan yang terbaik untuk ayahnya.

Sayangnya, Katie terkadang kelewatan. Katie sembarangan menuduh Rachel punya motif lain. Menurut Katie, saudarinya itu merawat ayah mereka demi mendapatkan warisan apartemen tersebut.

Sementara Christina lebih terlihat sebagai penengah. Christina berusaha untuk tetap tenang ketika masalah menghampiri. Ia juga punya hobi yoga. Tak mengherankan jika Christina lebih selow dalam mengurai konflik.

Akting Elizabeth Olsen sangat on point ketika memerankan Christina. Ada kharisma keibuan yang memancar sepanjang cerita. Kamu akan iri melihatnya dan berharap Christina menjadi ibumu sendiri.

Cuplikan adegan dalam film Happy Three Daughter. Foto: Dok. Netflix

Lantas, coba bayangkan saja bagaimana saat tiga orang dengan karakter berbeda itu disatukan dalam ruangan. Bagi saya, film ini terasa unggul karena dialog-dialog yang dijahit oleh sutradara Azazel Jacobs begitu apik. Cekcok yang terjadi tak seperti drama yang dibuat-buat. Semuanya pas.

Isu tentang seni menghadapi kedukaan yang coba diangkat Azazel Jacobs juga krusial. Penonton diajak untuk memahami bahwa kedukaan bisa membentuk karakter seseorang. Kamu akan tahu betapa perihnya rasa kehilangan orang yang dicintai.

Terlebih lagi, Azazel Jacobs pun berhasil memanfaatkan ruang terbatas untuk menciptakan roller coaster emosi. Aneh, tapi nikmat sensasinya. Dengan komposisi yang lengkap ini, saya pun tak ragu menyebut His Three Daughters film dialogue heavy movie yang mampu membuat penonton tertawa, marah, bersedih dan lega di waktu hampir bersamaan.