Mira Lesmana dan Cintanya Pada Si Doel Anak Betawi

Asep Syaifullah
|
detikPop
Mira Lesmana.
Mira Lesmana. Dok. Instagram
Jakarta - Jika bicara soal produser film di Tanah Air, maka banyak orang mungkin sepakat bahwa Mira Lesmana menjadi salah satu sosok legend di industri film yang sempat me-refresh bioskop dengan film-film miliknya. Beberapa film buatannya pun menjadi ikon yang tak lekang dimakan zaman seperti Ada Apa Dengan Cinta, Laskar Pelangi hingga Petualangan Sherina.

detikpop pun berkesempatan untuk mengobrol-ngobrol dengan kakak dari musisi Indra Lesmana tersebut di sela-sela kesibukannya menyiapkan beberapa proyek terbaru Miles Films di kantornya di kawasan jalan Veteran. Sambil menikmati secangkir kopi, Mira bercerita masa kecilnya dan kecintaannya pada dunia film yang ditumbuhkan oleh keluarganya.

Sedari kecil ternyata putri pasangan Jack Lesmana dan Nien Lesmana itu sudah terbiasa menyaksikan film-film, baik di televisi maupun bioskop. Hal itu bahkan menjadi salah satu rutinitas di dalam keluarga mereka.

"Bisa dibilang dari kecil, mungkin saat saya berusia 6 tahun. Orang tua saya suka sekali nonton film, jadi kita punya rutinitas atau ritual nonton tv bareng. Dulu tuh di TVRI tiap sore kalau gak salah Sabtu itu ada film-film Disney, nah kita suka nonton bersama. Kemudian malam Minggu ada film akhir pekan lalu pada Minggu jam 10-11 pagi dulu masih ada Martinus show rutin di bioskop itu kita selalu nonton di Megaria," kenangnya.

"Habis itu kita dibawa ke Pasar Baru untuk makan es krim bersama dan membahas apa yang sudah kita tonton. Nah itu yang sudah ditumbuhkan sejak kecil, jadi tak hanya menonton saja tapi juga saya diajak berdiskusi tentang film walaupun orangtua saya dua-duanya musisi tapi ternyata mereka sangat mencintai film," tambahnya.

Memori indah dan diskusi hangat soal film pun membuat dirinya makin haus. Apalagi saat mereka sekeluarga harus pindah ke Australia usai Indra mendapatkan beasiswa di sana. Antusias Mira pada film pun makin tinggi dan membuatnya cukup yakin bahwa ia akan menjadi seorang film maker di usia yang cukup muda yakni 16 tahun.

Karya-karya dari George Lucas, Alan Parker hingga Stanley Kubrick menjadi santapannya kala itu. Beberapa film bahkan begitu membekas untuknya dan membangkitkan gairah dalam berkarya.

"Nah di sana saya makin yakin untuk bikin film di umur 16 tahun. Apalagi saya tergila-gila dengan trilogi Star Wars 4,5 dan 6. Saya juga tergila-gila dengan sebuah film berjudul Pink Floyd The Wall terus ada satu film lagi Birdy dari Allan Parker."

Cuplikan adegan dalam film Pink Floyd: The Wall (1982).Cuplikan adegan dalam film Pink Floyd: The Wall (1982). Foto: Dok. Ist

"Di titik itu saya mulai membeli buku tentang pembuatan film, tentang George Lucas, tentang Allan Parker, tentang Stanley Kubrick," ungkapnya.

Meski begitu ia tak bisa melepaskan memori-memori indah akan film Tanah Air yang sudah lebih dulu disaksikan olehnya yakni Si Doel Anak Betawi (1972) garapan Sjuman Djaja. Film yang diangkat dari novel karya Aman Datuk Madjoindo itu membuat Mira menemukan cinta dari dua unsur di dalam keluarganya yakni musik dan film.

Mira yang mengaku tak terlalu paham soal teknis dalam film tersebut, menyebutkan ia hanya merasakan bagaimana adegan yang ditampilkan itu menyentuhnya. Ada perasaan emosional yang dirasakannya kala menyaksikan film tersebut, bahkan masih membekas hingga saat ini.

Cuplikan adegan Rano Karno di film Si Doel Anak Betawi (1972).Cuplikan adegan Rano Karno di film Si Doel Anak Betawi (1972). Foto: Dok. Ist

"Terus terang saya gak bisa bicara soal teknis, saya lebih ke apa yang saya rasakan ke emosi saja. Yang pertama adalah Si Doel Anak Betawi, ketika Rano Karno kecil berlari sambil pake sarung langsung bernyanyi Anak Betawi...Itu gw langsung waah, nah mungkin itu yang bikin gw cinta sama musikal. Gila itu sampai sekarang nggak bisa lepas, bahkan sampai ketika bikin Petualangan Sherina dan nulis buat musikal Laskar Pelangi masih membekas, very inspiring," ucap Mira Lesmana.

Film ini sendiri berkisah tentang Doel (Rano Karno), yang hidup dengan didikan budaya Betawi dari sang ayah, Asman (Benyamin S) dan sang ibu (Tuti Kirana). Peran Asman begitu penting di hidup Doel hingga membentuk karakternya, namun Asman meninggal dunia gegara kecelakaan sehingga ia harus hidup berdua dengan sang ibu.

Untuk membantu ibunya, Doel pun berjualan kue keliling kampung dan terpaksa kehilangan masa kecil seperti anak-anak sebayanya. Konflik pun terjadi di mana ia diusili oleh anak-anak sebaya yang mengejek hingga mengajaknya berkelahi. Doel tak goyah dengan pilihannya dan tetap membantu sang ibu.

Hingga akhirnya muncul Asmad (Sjuman Djaja), paman Doel yang kemudian menjadi ayah tirinya. Ia yang meyakinkan Doel untuk bersekolah dan mematahkan stigma jika anak Betawi enggan untuk mengejar pendidikan kala itu.


(ass/pus)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO