Tuhan Izinkan Aku Berdosa Kritik Tajam Kemunafikan di Kehidupan Sosial

Mikhael Kevin
|
detikPop
Cuplikan adegan dalam film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.
Tuhan Izinkan Aku Berdosa (Foto: Dok. MVP)
Jakarta - Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa dengan genre drama religi sangat tajam menusuk kepada para kalangan di masyarakat dengan topeng kemunafikannya. Diangkat dari novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, film ini kembali membawa pesan tentang eksploitasi agama untuk kepentingan pribadi seseorang.

Merujuk kepada novelnya, kali ini Hanung sang sutradara berusaha mengembangkan isu sensitif di novel tersebut ke dalam bentuk audio visual. Film ini bertujuan untuk mempertontonkan ke khalayak, bagaimana kejinya kehidupan "underground" yang biasanya ditutupi dengan seluruh gimik di dalamnya.

Hanung sendiri mengatakan bahwa ia ingin membongkar semua kemunafikan yang ada di masyarakat di film ini. Untuk itulah topik ini terbilang cukup sensitif karena berpotensi menyinggung banyak pihak.

Pastinya film ini bisa dinilai sensitif karena genre religi di dalamnya. Tak seperti di film pada umumnya, agama disini berjalan berlawanan dengan pengembangan dari karakter Kiran di filmnya.

Berbagai kelompok agamis disini juga ditampilkan anarkis juga eksploitatif, hal ini tentu bisa menimbulkan amarah dari berbagai pihak. Namun akhirnya hal inilah yang disoroti oleh tim produksi bahwa sekecil apapun itu, hal ini nyata dan berpotensi timbul di sekitar kita.

Selain mengangkat isu agamis, kritik terhadap wakil rakyat juga ditampilkan di filmnya. Bagaimana penguasa dan orang-orang yang mendiami kalangan atas bergerak menyelewengkan kuasanya hanya demi kepentingan pribadi.

Hal ini juga menyiasati bagaimana banyaknya kasus-kasus yang dialami di negeri ini yang berusaha di tampilkan di film ini. Akhirnya walaupun film ini fiksi, dan tiap karakternya adalah karangan namun isu yang diangkat terasa nyata karena dirasa dekat dengan kehidupan.

Cuplikan adegan dalam film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.Cuplikan adegan dalam film Tuhan Izinkan Aku Berdosa. Foto: Dok. MVP Pictures

Kedekatan tersebut semakin terkonfirmasi disaat sang novelis bagaimana prosesnya saat membuat karya sastranya tersebut. Akhirnya novel ini lah yang menjadi acuan oleh tim produksi untuk dikembangkan menjadi skenario film.

"Ini kisah nyata sebetulnya, ada orangnya. Seperti di filmnya, tokohnya juga gak bisa diterima (di masyarakat). Awalnya ini adalah memoir. Namun pembaca akhirnya marah lalu dibuatlah menjadi sastra. Agar karya tersebut terasa fiksi dan tidak memicu kemarahan orang-orang. Agar tidak ada yang tersinggung." Jelas M Dahlan saat Konferensi Pers di Epicentrum Jakarta (18/05/2024).

Statement ini secara tidak langsung menegaskan isu yang coba diangkat di film ini. Disaat seorang tokoh besar yang terkena kasus, ia tidak ingin kasus tersebut terkuak. Hal ini terjadi bahkan di kehidupan nyata sang novelis sehingga ia harus memalsukan tiap karakter dan tempatnya, serta merekayasa konflik-konflik di sastranya.

Akhirnya film ini dibuat untuk kembali menyadarkan manusia secara menyeluruh tanpa ada batasan agama atau jabatan orang tersebut. Semua orang bisa berbuat salah namun film ini mengajak kita untuk berkontemplasi agar tidak menjadi serupa dengan karakter-karakter yang ada di filmnya.

Film ini juga secara eksplisit menayangkan adegan-adegan dewasa, juga penggunaan obat-obatan. Namun hal yang bisa ditangkap adalah seharusnya setelah menonton kita lebih responsif bila melihat hal tersebut dan menjauhinya.

Moral di film ini juga menjadi kampanye tersirat dari para pembuat film hingga pemainnya untuk menyuarakan isu-isu sensitif yang ada di negara ini. Pada akhirnya manusia harus menjalankan tugasnya sesuai dengan pekerjaan yang diembannya.

Pemuka agama haruslah mengajarkan agamanya dengan benar, dan pejabat negara harus menaungi rakyatnya dengan baik.

Karena memuat berbagai adegan sensitif, untuk kamu yang ingin menonton pastikan dulu kamu layak dari segi umur maupun mental saat menonton film ini. Nantinya jadikan film ini menjadi media kontemplasi bukan untuk mencoba berbagai hal negatif yang ada di filmnya.


(dar/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO