Alasan Joko Anwar Buat Naskah 2 Versi di Siksa Kubur

Mikhael Kevin
|
detikPop
Cuplikan adegan film Siksa Kubur.
Cuplikan adegan dalam film Siksa Kubur. Dok. Rapi Film
Jakarta - Siksa kubur mengangkat unsur horor yang baru bertemakan horor religi. Selain itu horor ini sepertinya akan mengarah ke horor-psikologi yang berdampak ke psikologis dan emosi penonton.

Dengan pengemasan film yang tidak murni horor, Siksa Kubur lebih berfokus kepada refleksi perbuatan manusia di dunia. Isu yang diangkat di film ini tentulah dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia selama menjalani hidup.

Umumnya, dosa-dosa besar bisa dilakukan saat manusia menginjak umur yang dewasa. Dosa seperti pembunuhan, penindasan, korupsi, fitnah banyak dilakukan manusia dewasa demi kepentingan pribadinya.

Hal ini mungkin yang menjadi bahan pertimbangan oleh sang sutradara, Joko Anwar memasukan berbagai tema dewasa yang umumnya tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur.

"Jadi kita memuat safe space untuk kita syuting, anak di bawah umur tidak terekspos ke adegannya seperti apa." Sebut Joko Anwar saat Press Conference di Epicentrum, Jakarta (14/03/2003)

Treatment yang berbeda menjadi tantangan untuk tim produksi. Bagaimana dengan treatment yang berbeda tiap aktor, akan menimbulkan ketidaklarasan antar aktor saat big reading atau saat syuting nantinya.

Namun sepertinya Joko dan segenap Tim Produksi tidak mempermasalahkan hal itu. Penggunaan dua skenario masih terkesan efektif dan tetap melindungi psikologis anak di bawah umur saat bermain di film horror religi seperti Siksa Kubur.

Muzakki Ramdhan pun mengaku kebingungan saat memerankan salah satu tokoh penting di film ini yaitu Adil kecil. Tak hanya Muzakki, Widuri Puteri yang memerankan Sita kecil juga kebingungan saat melakukan big reading.

"Pas reading aku, Widuri, dan anak-anak lain dapet script minor version. Itu dibikin bener-bener buat anak-anak. Nah pas big reading, ada beberapa scene yang kita bingung 'kok gak ada dialog gini ya.' Tapi di script yang orang dewasanya dapet. Yaudah aku memahami yang minor version aja." Ungkap Muzaki saat Press Conference di Epicentrum, Jakarta (14/03/2003)

Penggunaan naskah beda versi nyatanya sering diterapkan beberapa kali dalam produksi film tergantung kondisi yang ingin dicapai. Naskah dibuat versi berbeda tiap aktor bukan hanya untuk membuat aktor semakin mendalami perannya, tapi juga ada urgensi lain yang ingin dicapai.

Multi naskah ini pun pernah beberapa kali digunakan oleh tim Marvel Studios saat syuting. Untuk mencegah kebocoran, para aktor diberi naskah yang berbeda agar aspek surprise di filmnya dapat tersampaikan tanpa adanya bocoran.

Bedanya dengan Marvel, Siksa Kubur menggunakan 'Minor Version' untuk mengurangi dialog/adegan dewasa yang ada di naskah aslinya. Berbeda dengan Marvel yang benar-benar menciptakan versi naskah yang berbeda. Minor Version ini dibuat dengan menghilangkan beberapa aspek namun keutuhan cerita dan plotnya masih terbilang sama dengan versi aslinya.

"Tapi temanya dewasa sedemikian rupa. Sehingga pemain di bawah umur menerima versi yang berbeda dari versi yang dewasa." Tambah Joko Anwar.

Di siksa kubur ini, urgensi yang diterapkan adalah untuk menjaga pikiran dan mental untuk anak-anak yang dibawah umur. Joko Anwar mungkin berpikiran untuk tetap menggunakan anak kecil sebagai kebutuhan pemeranan tapi tetap ingin menjaga pikiran mereka bahkan setelah syuting selesai.


(ass/ass)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO