My Name Is Loh Kiwan: Perjuangan Song Joong-ki Cari Suaka

Sinopsis:

Kalau kamu merasa hidupmu sedang buruk, coba tengok hidupnya Loh Kiwan (Song Joong-ki) yang begitu sengsara. Ketika dia tinggal di Tiongkok bersama ibunya, hidupnya tidak tenang karena sebagai imigran ilegal, ia harus selalu waspada.

Ketika yang terburuk terjadi, Loh Kiwan terpaksa harus bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Termasuk pergi ke Belgia untuk mencari suaka. Dan ternyata ini pun ternyata bukan tugas yang mudah.

Loh Kiwan harus menunggu lama untuk sampai laporannya diproses. Sementara itu, ia harus bertahan hidup dengan tidur di toilet umum dan mengais makanan dari tempat sampah.

Sebagai imigran tidak resmi, mata pencahariannya terbatas pada mengumpulkan botol kosong. Bisa makan butter untuk seharian, sudah termasuk untung baginya. Seakan penderitaan ini tidak cukup, dompet Loh Kiwan dicuri oleh seorang perempuan bernama Marie (Choi Sung-eun).

Tapi siapa sangka pertemuannya dengan Marie meskipun diawali dengan bencana ternyata berakhir menjadi sebuah katalis yang mengubah hidupnya.

Review:

Diadaptasi dari buku berjudul I Met Loh Kiwan karya Cho Hae-jin, Kim Hee-jin yang menulis dan menyutradarai film ini mempersembahkan film ini dengan sentimental yang agak berlebihan.

Sebagai sebuah drama korea, dramatisasi adegan ini tidak akan terasa semengganggu ini. Tapi sebagai sebuah film utuh, yang terjadi di layar terasa seperti mengada-ngada.

My Name Is Loh Kiwan bukan film yang sepenuhnya buruk. Film ini masih enak untuk dinikmati, terutama bagian pertamanya. Ketika Kim Hee-jin fokus dengan drama hidup Loh Kiwan, film ini terasa sangat humanis dan menginspirasi.

Siapapun pasti akan trenyuh menyaksikan Song Joong-ki harus tidur di toilet umum di tengah musim dingin yang menggigil. Tapi ketika film ini mencoba eksplor ke bagian lain, drama film ini menjadi terpecah belah.

Marie, yang menjadi katalis terbesar dalam kehidupan Loh Kiwan, digambarkan sebagai seorang gadis yang memberontak. Ia masih belum bisa terima dengan drama yang terjadi dalam keluarganya.

Karena ini ia memutuskan untuk bergabung dengan orang-orang jahat. Di geng ini tidak hanya ia hobi mencuri dompet orang asing, ia ikut serta dalam perlombaan menembak.

Di bagian ini My Name Is Loh Kiwan terasa begitu tidak penting dan konyol. Tidak hanya akting para pemain bule-nya buruk tapi plot ini sama sekali tidak membuat drama hidup tokoh utamanya menjadi menarik malah terkesan mengada-ngada.

Bagian paling menarik dalam film ini justru ketika karakter utamanya dihadapkan dalam sebuah situasi yang normal tapi tetap unik. Interaksinya dengan pekerja pabrik bernama Seon-ju (Lee Sang-hee) justru lebih menarik dan hangat.

Tidak hanya karena Sang-hee dan Joong-ki memiliki chemistry yang baik tapi karena dinamika diantara mereka berdua sangat unik. Yang satu senior, yang satu junior. Keduanya sama-sama imigran dengan kepentingan sendiri-sendiri.

Cuplikan adegan dalam film My Name is Loh Kiwan. Foto: Dok. Netflix

Keduanya juga berasal dari keluarga yang berjuang. Hubungan ini jika mendapatkan jatah yang lebih besar akan membuat film ini jauh lebih kuat.

My Name Is Loh Kiwan mungkin akan lebih menarik jika dijadikan serial seperti drama korea pada umumnya. Keputusan Kim Hee-jin untuk menaruh percintaan antara kedua karakter utamanya membuat film ini lebih cocok untuk dijadikan serial.

Cuplikan adegan dalam film My Name is Loh Kiwan. Foto: Dok. Netflix

Tidak hanya dalam serial pembuatnya memiliki waktu yang cukup untuk mengeksplor hubungan antara Loh Kiwan dan Marie (di film ini rasanya agak abrupt, mereka bertemu lalu jatuh cinta dengan cepat) tapi jika dipresentasikan sebagai drama korea mereka bisa membuat semua adegan yang berhubungan dengan geng jahat Marie menjadi obstacle yang menarik.

Pada akhirnya My Name Is Loh Kiwan memang tontonan yang lumayan menghibur tapi ia berpotensi menjadi menginspirasi kalau saja produk akhirnya tidak seperti ini.