Penulis asal Belgia, David Van Reybrouck, terbitkan buku Revolusi edisi bahasa Indonesia di Gramedia Jalma, kawasan Blok M, Jakarta Selatan, hari ini. Buku yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) menghadirkan kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam gaya yang naratif dan ringan layaknya membaca cerita fiksi.
Lulusan Universita Leiden, Belanda, itu cerita buku Revolusi menghadirkan sudut pandang baru terhadap perjuangan Indonesia yang gak cuma jadi narasi nasional.
"Revolusi menjadi bagian penting dari gelombang besar dekolonisasi dunia setelah Perang Dunia. Indonesia juga bukan bangsa pertama yang memproklamasikan kemerdekaan setelah Jepang di tahun 1945," katanya saat peluncuran buku, Senin (3/11).
Baca juga: Gaung Suara Liyan di Buku-buku Sasti Gotama |
Sebelum bukunya jadi, ia melakukan riset dan proses penulisan selama lebih dari 7,5 tahun. David Van Reybrouck melakukan riset lintas benua dan mewawancarai lebih dari 200an narasumber. Dari Jakarta, Jawa Timur, Manado, sampai menelusuri jejak sejarah ke Jepang, Nepal, dan Belanda.
Ia melakukan pendekatan jurnalistik yang menghasikan narasi dengan fakta sejarah, kesaksian personal, dan konteks geopolitik global.
Chief Editor Gramedia Pustaka Utama, Andi Tarigan, cerita tulisan David Van Reybrouck berhasil menuliskan sejarah Indonesia dengan cara yang hidup.
"Ia menghubungkan perjuangan kemerdekaan kita dengan konteks internasional yang jarang disentuh oleh sejarawan Barat," ungkapnya.
FYI detikers, sebelum menulis buku Revolusi, ia dikenal sebagai penulis Congo: The Epic History of a People. Buku ini memenangkan 20 penghargaan, terjual lebih dari setengah juta eksemplar, dan telah diterjemahkan ke banyak bahasa.
Karyanya yang lain, Against Elections, telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa dan memicu percobaan demokrasi partisipatoris di Belanda, Belgia, Spanyol, dan tempat-tempat lain.
Naskah lakonnya, Mission dan Para, telah dipentaskan di berbagai penjuru Eropa, dan novelnya, Zinc, memenangkan European Book Prize 2017.
Revolusi terbit pertama kali di Belanda dan menjadi buku terlaris. David Van Reybrouck disebut-sebut sebagai "salah satu intelektual terkemuka di Eropa" (Der Tagesspiegel) dan "salah satu intelektual Eropa paling cemerlang masa kini" (Le Soir). Dia orang Belgia, menulis dalam bahasa Belanda, dan tinggal di Brussels.
Simak Video "Video Fadli Zon: Penulisan Ulang Sejarah Dibuat Sejarawan Tanpa Intervensi"
(tia/aay)