Gaung Suara Liyan di Buku-buku Sasti Gotama

Lama berselang setelah menerima anugerah, ia menerbitkan novel Korpus Uterus bersama penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada Juli lalu. Isu-isu krusial yang ada di buku itu bakal diobrolkan bersama pembaca internasional di ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) pada 29 Oktober-2 November 2025.
Dalam Korpus Uterus, ia bicara soal hak-hak reproduksi perempuan yang gak banyak diketahui publik. Lewat POV korban kekerasan seksual, ia membahas permasalahan aborsi.
"Sebenarnya di UWRF saya akan isi beberapa sesi, salah satunya Korpus Uterus akan membahas aborsi yang ada di Indonesia, dikaitkan dengan hak-hak reproduksi perempuan, ada dalam UU terkait aborsi yang legal bagi korban pemerkosaan," katanya di Wisma Ainun & Habibie, Jakarta, pada Rabu (1/10).
Menurut perempuan yang berprofesi sebagai dokter dan pernah ditugaskan di pelosok daerah di Tanah Air, ada banyak kasus pelecehan seksual yang selalu terhalang dengan norma aturan dan dogma.
Sasti kasih contoh kasus pemerkosaan anak SD di Jombang yang terhalang saat mengurus surat aborsi legal dari aparat penegak hukum. Lain lagi dengan kasus korban pemerkosaan siswa SMA di Sumatera Selatan yang alami depresi dan mengajukan surat ingin aborsi secara legal.
"Tapi ditolak dan malahan aborsi ilegal lalu kena delik pidana. Kasus-kasus tersebut yang masih banyak di Indonesia dan sebetulnya mereka punya hak aborsi yang sudah diakses tapi terkadang banyak malahan terhalang banyak hal," tegasnya.
Saat jadi dokter umum di pelosok daerah, Sasti juga nemuin ada anak perempuan yang dinikahkan oleh orang tuanya karena desakan ekonomi. Bahkan ada perempuan ada yang melahirkan sampai 11 anak karena suaminya melarang kontrasepsi.
Isu-isu itu yang ditulis Sasti dalam karya fiksinya. Bahkan cerpen yang terangkum dalam buku Akhir Kisah Sang Gajah di Bukit Kupu-kupu (2024) banyak muat perspektif karakter yang terpinggirkan.
"Aku menyebutnya sebagai barisan liyan, orang-orang yang terpinggirkan dan termarjinalkan. Golongan aseksual, kekerasan seksual, korban KDRT, isu mental health, dan yang jarang terjamah," tukasnya.
(tia/wes)