Direktur Museum Louvre akhirnya muncul ke publik dan hadir di temu dengar pendapat bersama Senat pada Rabu (22/10) waktu setempat. Ia mengungkapkan detail setelah kasus pencurian koleksi perhiasan senilai Rp 1,9 triliun.
Direktur Museum Louvre, Laurence des Cars, cerita alarm berfungsi dnegan baik dan berbunyi selama pencurian. Tapi satu-satunya kamera yang ditempatkan di luar Galeri Apollo gak terlihat.
"Ada beberapa kamera tapi sudah usang. Basis yang terpasang sangat gak memadai," katanya dilansir dari AP, Kamis (23/10).
Ia juga meminta adanya pos kantor polisi di dalam Museum Louvre setelah peristiwa pencurian tersebut.
Baca juga: 4 Kasus Pencurian Terheboh di Dunia Seni |
"Saya ingin meminta Kementerian Dalam Negeri untuk mengkaji apakah pembangunan kantor polisi layak," katanya.
Permintaan kehadiran polisi ini muncul setelah 200 posisi penuh waktu dari total hampir 2.000 posisi staf di Louvre telah dikurangi selama 15 tahun terakhir.
Dalam laporan resmi yang ditulis sebelum pencurian, dikabarkan sistem keamanan Louvre dianggap ketinggalan zaman dan gak memadai. Kurangnya CCTV dengan pembaruan yang berulang kali ditunda dan cuma dipasang di ruangan-ruangan yang telah direnovasi di dalam museum.
Pada Juni 2025, Museum Louvre juga terpaksa ditutup saat petugas galeri, agen tiket, dan petugas keamanan mogok kerja sebagai protes kurangnya staf. Masalah keamanan ini akibatkan kondisi kerja yang gak layak.
Setelah peristiwa tersebut, Des Cars mengajukan pengunduran diri pada hari pencurian itu terjadi, namun Menteri Kebudayaan Prancis menolaknya.
Simak Video "Video Menbud Prancis soal Pencurian di Museum Louvre: Mereka Profesional"
(tia/tia)