Perjalanan 'Pangeran Katak yang Bau Ketek' hingga Raih IKAPI Awards 2025

Tapi beda sama gagasan yang ditulis oleh Noor H.Dee dan digambar oleh Choryna Dezavega. Buku cerita anak 'Pangeran Katak yang Bau Ketek' diterbitkan oleh Noura Kids pada Juni 2025 dan kini diganjar penghargaan bergengsi di IKAPI Awards 2025 yang diumumkan di opening Indonesia International Book Fair (IIBF), kemarin.
Menurut Noor H.Dee, karakter 'pangeran katak' sudah lumrah di cerita dongeng.
"Aku ingin ambil tokoh yang sudah familiar banget dan suka banget sama permainan kata 'ketek'. Senang juga sama kata yang berima dan bisa dibolak-balik, dan anak kecil kan suka hal yang tabu ya. Yang dianggap dewasa biasa saja menarik bagi mereka," kata Noor H.Dee saat diwawancarai redaksi detikpop di JCC, Rabu (24/9).
Sebelumnya pria yang akrab disapa Hadi itu cerita momen yang paling diingat saat melihat foto ketek, hal itu bikin dirinya tergelitik. "Suatu saat harus nulis soal ketek nih, akhirnya bertemulah dengan Pangeran Katak yang Bau Ketek," tegasnya.
Buku Pangeran Katak yang Bau Ketek menceritakan tentang seorang pangeran katak yang narsistik, sombong, dan selalu anggap dirinya rupawan. Dia bisa bikin hewan-hewan lain pingsan karena mengira sosoknya tampan padahal bau ketek.
Ilustrator Choryna Dezavega pun menimpali dari teks cerita sederhana yang diterimanya, ia harus menerjemahkannya ke dalam visual. Ketika awal nerima cerita, ia langsung ngeh kalau ini adalah cerita yang unik.
"Uniknya beliau kasih naskah, juga gak detail. Beneran naskah aja. Kerjaan aku baca-baca dulu, menyerap, merenung, dan berusaha ngerti dulu. Penginnya gimana, dan dari situ menginterpretasikannya jadi visual," terang perempuan yang akrab disapa Chory tersebut.
Sepanjang menggambar, Chory cerita cuma ada satu adegan dalam buku yang tersulit yakni saat gambar 'aroma ketek'.
"Gambarnya kan gak ada visualnya ya, gimana caranya di buku harus kelihatan jadi aku harus trial and error juga. Bau ketek itu kayak gimana. Akhirnya bikin aroma ketek yang warna hijau buat gambarin bau ketek yang bikin jijik," ucapnya.
Proses pengerjaan yang memakan waktu 6 bulan itu berbuah hasil. Karya keduanya berhasil meraih penghargaan. Secara terang-terangan, mereka gak nyangka karena selama ini menggarapnya cuma dengan tujuan agar para pembaca tertawa.
"Buku ini dengan cerita mas Hadi digabung jadi satu, targetnya cuma bikin ketawa. Happy, cekikikan pas ngebacanya. Begitu dapat award ini antara kaget, senang, terharu, masa sih kayak gitu. Karena bukunya yang menang ini adalah buku lucu aku rasanya bukan kerja keras dihargai. Rasa main-main banget. Karena emang (bikinnya) main-main. Aku ngegambar sambil cekikikan. Karakternya kocak banget," pungkasnya.
(tia/dar)