Komunitas Salihara Gelar Lagi Festival LIFEs 2025, Telisik Tema 'Menjadi Indonesia'

Bukan sembarang festival, LIFEs jadi momentum untuk mengusung berbagai topik yang lagi hangat dibicarain. Tahun ini, LIFEs yang digelar pada 8-16 Agustus 2025 mengusung tema Menjadi Indonesia.
Direktur LIFEs dan kurator sastra Komunitas Salihara, Ayu Utami cerita kalau festival yang dibuatnya bersama tim adalah yang tertua di Indonesia.
"LIFEs jadi festival sastra di Indonesia yang kontinyu, dimulai dari tahun 2003. Kami gak cuma showcasing karya dan bincang santai aja, kami ingin ambil porsi yang belum dilakuin banyak orang," kata Ayu Utami saat jumpa pers di Komunitas Salihara, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (1/8/2025).
LIFEs tahun ini diakui Akui bakal lebih interaktif dan eksperimental. Ada dua pertunjukan dengan dua model yang baru yakni pentas eksperimental dari risalah naskah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI) di momentum 80 tahun Indonesia merdeka.
"Kita kasih perhatian pada sejarah atau pemikiran Indonesia, yang biasanya cuma dilihat oleh tokoh-tokoh bangsa, tapi ini dibuka ke publik dan bekerja sama dengan Komunitas Utan Kayu," terang Ayu.
Program kedua adalah Urban Raga hasil olah kata dan tubuh yang digawangi koreografer Siko Setyanto.
"Jadi siapapun bikin cerita pribadi, olah tubuh juga. Jadi memang latihan untuk menulis cerita pribadi, berpikir, dan bergerak secara kreatif," tuturnya.
Festival bakal dibuka lewat program Bintang-bintang Di Bawah Langit Jakarta yang tampilin Andre Septiawan, Grace Tioso, dan Kulleh Grasi asal Malaysia.
Nah, sepanjang penyelenggaraan detikers juga bisa mengikuti diskusi tentang Indonesia Gelap dan Sekitarnya, Klasik Nan Asyik: Ignas Kleden & Parakitri Simbolon, Aksi Massa Spionase Nusantara, Indonesia di Jalan Saya, Kontroversi Penulisan Ulang Sejarah Indonesia dan Identitas dan (De) Kolonisasi.
Program yang gak kalah seru adalah Jakarta Poetry Slam: Grand Slam 2025 dan Membaca Senyap bersama Baca Bareng SBC Jakarta. detikers juga bisa ikutan lokakarya Memasak resep Warisan Soekarno dari buku Mustikarasa.
Tema dan Makna Menjadi Indonesia
Mendengar frasa 'Menjadi Indonesia', apa sih yang terlintas di benak detikers? Kata 'Menjadi Indonesia' yang terinspirasi dari buku karya sastrawan Parakitri T Simbolon, Mochtar Lubis hingga kontroversi tentang identitas bangsa sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
"LIFEs coba menyentil tema itu: Menjadi Indonesia. Orang suka ngira ke-Indonesia-an itu identitas yang sudah jadi. Mochtar Lubis nulis buku Manusia Indonesia, Ajip Rosidi Manusia Sunda, perdebatan itu ada. Seolah-olah sudah fix. Sebetulnya identitas Indonesia itu gak pernah fix, harus terus diperdebatkan dan dinegosiasikan," ucap Direktur LIFEs, Ayu Utami.
'Menjadi Indonesia' juga pernah diungkapkan band Efek Rumah Kaca dalam lagu-lagu. Frasa itu seakan-akan melayang di atmosfer Indonesia dengan tafsir masing-masing.
"Tahun 1995 ketika Parakitri menerbitkan Menjadi Indonesia, frasa itu sudah ada dalam kesadaran kita. Kesadaran itu yang mau diangkat kembali," ungkap Ayu.
Tapi ia membantah jika persoalan identitas bangsa diangkat Salihara saat kontroversi mengenai penulisan ulang sejarah bangsa. Menurut keterangannya, jauh sebelum itu tim kuratorial LIFEs sudah omongin soal sejarah dan identitas bangsa.
"Tema ini diangkat sebelum ada kontroversi ya. Pesan kami adalah yang dibutuhkan bukan penulisan sejarah versi resmi tapi kemampuan untuk melihat banyak versi sejarah, supaya orang menggali sejarah masing-masing dan didialogkan," tegasnya.
(tia/pus)