Andrea Hirata dan Laskar Pelangi, Perjuangan Penyelamat Bahasa Belitung

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Penulis Novel Andrea Hirata
Penulis Indonesia Andrea Hirata usai diwawancarai redaksi detikcom di Pasar Baru, Jakarta Pusat, pada Kamis (12/6/2025). Foto: Dok.Dinda/ Tia Agnes detikcom
Jakarta -

Mendengar nama Andrea Hirata pasti langsung teringat buku fenomenal Laskar Pelangi. Lebih dari dua dekade yang lalu, Laskar Pelangi hadir dan identik dengan tempat Belitung Timur.

Di kampung halaman sang novelis itulah, kisah humanis tentang Ikal dan teman-temannya hidup. Laskar Pelangi tetap melegenda dan segera cetak ulang yang ke-62.

Tahun ini, novel Laskar Pelangi berusia 20 tahun. Sayangnya bahasa Belitung yang dahulu melekat sekali di kampung halaman Andrea Hirata seakan tergerus zaman. Generasi muda hampir gak lagi bicara bahasa ibunya, di berbagai warung kopi sudah luput gak pernah ada yang ngobrol pakai bahasa Belitung.

Andrea Hirata merasakan ironi sekaligus sedih. Ia mencatat tahun ini ada lebih dari 20 kata daerahnya, yang gak diingat masyarakat Belitung.

"Sejak dulu bahasa Belitung itu terancam punah, dan pemerintah pernah data ada lebih dari 200 bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah. Saya mengawali krisis ini buat menyelamatkan, sudah 15 tahun ke sekolah-sekolah," katanya saat diwawancarai detikcom di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, pada Kamis (12/6/2025).

Penulis Novel Andrea HirataPenulis Novel Andrea Hirata saat diwawancarai redaksi detikcom di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Foto: Dok.Dinda/ Tia Agnes detikcom

Perjumpaan redaksi detikcom dengan Andrea Hirata adalah yang pertama kalinya setelah 5 tahun lalu ia muncul ke hadapan media dan pembaca. Saat itu, ia merilis novel Orang-Orang Biasa di Kemang, Jakarta Selatan.

Saban hari, Andrea Hirata pakai sepeda rongsokan milik ayahnya yang sudah lama meninggal. Penulis berambut ikal itu gowes ke berbagai pelosok Belitung Timur, bawa spanduk, dan mampir ke berbagai tempat.

Terkadang, ia ngobrol lalu bertanya arti kata-kata dari bahasa Belitung. "Saya tanya, tahu arti kata 'bedake'? Kata 'kuwake' atau 'melipe'? 90% gak ada yang tahu," ucapnya lirih.

Dia pun mencatat ada 400 kata benda yang hampir punah, dan tahun ini ada 20 kata. Aktivitas budaya yang disebutnya sebagai Tour De Bahase Belitong sudah singgah di empat sekolah yaitu SDN 6 Gentong, SDN 2 Gantong, SMPN 1 Gantong, dan SMAN 1 Gantong. Bulan depan, ia bakal balik kampung buat adain tur lagi.

Kepada ratusan siswa, Andrea Hirata pernah bertanya, "Tahu arti kata 'melipe'? Satu kata yang indah banget. Melipe itu ungkapan rasa kesengsaraan yang paling sengsara. 'Menderita', jadi hidup saya 'melipe', gak ada yang peduli," sambung Andrea Hirata.

Penulis Novel Andrea HirataPenulis Novel Andrea Hirata saat diwawancarai redaksi detikcom di Pasar Baru, Jakarta Selatan pada Kamis (12/6/2025). Foto: Dok.Dinda/ Tia Agnes detikcom

Andrea Hirata menegaskan ia bukanlah seorang politisi, ahli budaya, dan pembicara seni, tapi ia punya niat menyelamatkan kekayaan bahasa Belitung.

"Bahasa adalah identitas kita, kalau kehilangan identitas kita, kehilangan sejarah. Langkah utama strategisnya adalah diajarkan ke SD-SD sama halnya seperti bahasa Sunda diajarin ke sekolah-sekolah di Jawa Barat," kata Andrea Hirata.

Seperti apa cerita perjuangan penulis novel Guru Aini dalam menyelamatkan bahasa Belitung dan apa saja spoiler buat karya berikutnya? Simak terus artikelnya sepanjang hari ini, hanya di detikpop ya.




(tia/tia)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO