Han Kang dan Kritik pada Budaya Patriarki Korea Selatan

Novel Vegetarian ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Baca. Novelnya bercerita tentang istri yang mengalami mimpi aneh dan tiba-tiba memutuskan menjadi seorang vegetarian.
Perempuan itu bernama Yong Hye. Mimpi-mimpinya terus hadir dalam tidurnya. Akibatnya, Yong Hye tidak mau makan daging lagi. Bahkan tindakannya terlampau ekstrem. Ia membuang semua daging dalam kulkas. Keluarganya pun terkejut dengan kelakuan aneh Yong Hye.
Tak hanya itu, dalam sebuah acara, Yong Hye tiba-tiba dengan rakus memakan sayur-sayuran. Hal ini menjadi pemandangan yang aneh bagi masyarakat Korea. Karena budaya makan daging sudah mengakar kuat di negeri itu.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi pada Yong Hye?
Meskipun novel ini bercerita tentang Yong Hye yang mendadak menjadi vegetarian, sebenarnya Han Kang tengah menyindir budaya patriarki di Korea Selatan.
Kritik bernada feminisme ini dituturkan Han Kang dengan sangat halus. Namun, pembaca yang jeli akan melihat isu krusial yang tengah diangkat sang penulis.
Salah satunya tampak saat Yong Hye membuat ayahnya berang lantaran tak mau lagi makan daging. Ayahnya tega memukul putrinya itu. Kemudian menjejalkan daging babi asam manis ke mulut Yong Hye. Tentu saja ini kritik pada kepemilikan tubuh perempuan. Mulutnya seolah dipaksa untuk menerima tuntutan keluarga Yong Hye untuk mau makan daging.
Selain membicarakan isu feminisme, novel ini juga menyinggung soal bagaimana trauma masa kecil membentuk kehidupan orang dewasa yang ringkih. Yong Hye adalah suara-suara sayup dari para korban yang menjadi korban kekerasan budaya patriarki yang begitu mengakar.
Dengan demikian, maka tak keliru jika Sekretaris Akademi Swedia mengatakan Han Kang mendapat anugerah karena prosa puitisnya yang intens dan menghadapi trauma sejarah.
"Karya-karyanya juga menyingkap kerapuhan kehidupan manusia," ucapnya dalam siaran streaming Nobel Prize pada Kamis (10/10/2024).
(rdp/tia)