Reaksi Pertama Novelis Han Kang Usai Raih Nobel Sastra 2024

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Han Kang raih Nobel Sastra 2024
Foto: Courtesy of Nobel Prize
Jakarta -

Novelis asal Korea Selatan Han Kang menerima penghargaan Nobel Sastra 2024 yang diumumkan pada Kamis (10/10/2024) malam. Penyelenggara Komite Nobel pun langsung menghubunginya via telepon dan membagikan reaksi pertamanya lewat postingan terbuka.

Dalam wawancara telepon dengan Akademi Swedia dalam video yang dirilis, Han Kang ngaku sangat terkejut dan merasa terhormat.

"Saya baru saja selesai makan malam dengan putra saya di rumah. Kami berdua sangat terkejut mendengar beritanya malam ini (Nobel Sastra," ucap Han Kang.

Sepanjang hari, dia tidak bekerja sama sekali dan hanya membaca buku sedikit lalu beristirahat. "Saya banyak jalan-jalan hari ini. Itu adalah hari yang mudah bagi saya," sambungnya.

Penulis asal Korea Selatan yang meraih Nobel Sastra itu didaulat sebagai novelis pertama yang menerima Nobel. Usianya yang baru menginjak 53 tahun itu penulis termuda yang menerimanya.

Sepanjang hidupnya, Han Kang tumbuh bersama dengan sastra Korea. Ayahnya juga berprofesi sebagai sastrawan bernama Han Seung-won.

Selama ini, semua penulis jadi inspirasi kolektif baginya. "Berita ini semoga jadi kejutan yang menyenangkan bagi para pembaca sastra Korea dan sesama penulis di seluruh dunia," sambungnya.

Bagi detikers yang baru mulai menemukan karyanya, Han Kang menyarankan buat mulai membaca lewat buku terbarunya I Do Not Bid Farewell yang rilis pada 2021. Novel ini jadi comeback Han Kang ke dunia sastra usai 5 tahun meraih Booker Prize International di Inggris pada 2016.

Terjemahan bahasa Prancis-nya memenangkan Prix Medicis untuk sastra asing bergengsi tahun lalu. Edisi bahasa Inggris untuk novelnya juga sedang dicetak.

"Saya pikir setiap penulis menyukai buku-buku baru saya. Buku ini bisa jadi titik awal dan Human Acts-nya juga berhubungan langsung dengan buku ini," katanya

Selain I Do Not Bid Farewell, Han Kang juga telah merilis novel Human Acts sebagai 'buku pasangan'. Buku pertama ceritakan tentang Pemberontakan Demokratik Gwangju 1980 dan karya berikutnya tentang insiden 3 April yang terjadi di Jeju.

Komite Nobel Sastra menyebutkan karya-karya Han Kang mampu menggambarkan rasa sakit yang ganda, dengan siksaan mental dan fisik yang lekat dengan budaya Asia. "Dia punya kesadaran unik tentang hubungan antara tubuh dan jiwa, yang hidup dan mati, dan dalam gaya puitis dan eksperimentalnya telah jadi inovator dalam prosa kontemporer," kata Komite Nobel.




(tia/tia)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO