Merayakan 'Karet' dalam Karya Seni

Karet jadi komoditas utama yang dipakai di produk dan peralatan di seluruh dunia, tapi sayangnya di kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampu, banyak kebun karet berubah jadi kebun singkong dan beton.
Baca juga: Setengah Abad 'Aduh' |
Gara-gara kondisi ironi inilah, Jagad Gallery bekerja sama Sekolah Seni Tubaba mengajak 13 seniman buat residensi di sana. Bukan sembarang residensi loh detikers, tapi para seniman juga diajak menyelami bahan baku karet dan menggubahnya jadi artwork yang keren-keren.
Karya seni yang dipamerin dalam eksibisi Beyond Elasticity: Rubber and Materiality sudah dibuka di lantai 2 Jakarta Art Hub, Wisma Geha, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat sampai 30 Juni 2024.
![]() |
Kurator pameran Asmudjo Irianto bilang sebenarnya pameran ini mau memicu seniman buat bikin karya seni yang gak cuma mikirin pasar. "Seni rupa kontemporer agak terkooptasi visual mata, dengan material karet mau bikin visual culture. Refleksi kritis kebudayaan material kita," katanya di Jagad Gallery pada Jumat (17/5/2024).
Menurut Asmudjo lagi, situasi produksi karet yang dahulunya petani bisa untung sampai beli mobil kini benar-benar ironi.
"Seni rupa jadi saluran sebenarnya, apakah karya di sini punya kepedulian sama lingkungan. Sama seperti contohnya karya seni Agus Suwage 160 tahun ditanam sampai sekarang, ada gambar figur kosong. Dari zaman kolonial sampai kita merdeka, tetap saja miskin," terangnya.
![]() |
Di Jagad Gallery, kamu bakal ngelihat 12 karya seni para seniman yang eksplorasi material karet. Gak sembarangan nama, selain ada Agus Suwage juga ada pematung senior Dolorosa Sinaga. Dia majang interpretasi karet dengan buku terbuka.
Selai mereka ada Anusapati, Elyezer, Handiwirman, Iwan Yusuf, Maharani Mancanegara, Septian Harriyoga, Yuli Prayitno, dan Titarubi.
(tia/dar)