Spotlight Culture

Gaya Dekoratif Jadi Karakteristik Popo Mangun

Khairunnisa Mukinin
|
detikPop
Seniman Popo Mangun
Seniman muda asal Jakarta, Popo Mangun. Foto: Courtesy of Popo Mangun/ Instagram
Jakarta -

Popo Mangun, seniman Art Deco asal Jakarta yang menggambar di atas rak buku dalam program Rak Buku di KRL menceritakan soal gaya karakternya dalam berkarya kepada detikPop nih. Kreasi karyanya bisa dilihat di pojok baca dua stasiun yaitu Jakarta Kota dan Bogor.

Rak-rak bukunya ia lukis secara manual tanpa menggunakan printing. Meskipun punya karakteristik yang sama, dari bentuk maupun ukuran, yang bikin beda dari kedua rak tersebut yakni warna dan komposisinya. Biar fresh, katanya.

Pemilihan simbol-simbol yang ditampilkan di rak buku bukan tanpa sebab. Semua karyanya berangkat dari pengalamannya sendiri. Simbol yang ada di rak buku berangkat dari memorinya di masa kecil, saat diajak orang tuanya ke toko buku dan melihat cover-cover berwarna. Momen yang terekam dalam ingatannya itu berusaha ia gambarkan di rak buku ini.

"Memori yang saya dapatkan waktu kecil itu yang akhirnya memberi saya inspirasi dari segi artistiknya. Jadi, dari segi pola, memang pola-pola di sini berkaitan dengan saya dan Gramedia, dari segi cerita, dan pemilihan warnanya," ujar Popo.

Motif yang ia tampilkan di rak-rak bukunya mencakup matahari, bintang yang berpijar, siluet buku yang terbuka, tumbuhan yang sedang tumbuh-mekar jadi simbol membaca merupakan salah satu jalan menuju hal-hal yang terang.

Popo Mangun jago kombinasi simbol-simbol yang dikemas dengan karakteristik gambarnya yang terinspirasi dari motif tribal abstrak. Ketertarikannya sama bentuk-bentuk geometri ngedorong dia buat eksplor lebih dalam soal motif ukiran Aztec, Dayak, dan juga batik.

Dia ngaku punya ciri khas corak warna kontras yang dipaduin sama obyek dan dibalut sama tema gaya hidupnya sehari-hari buat bertahan di Ibu Kota.

Fun fact-nya, Popo selalu nyelipin unsur mata dan tangan di setiap karyanya, ya meskipun beda-beda sih bentuknya. Kedua unsur itu pun berhubungan dan punya arti "segala hal yang ia lihat nantinya bakal jadi inspirasinya buat berkarya, tangannya lah yang bantu ia buat melukiskan inspirasi yang nantinya bakal jadi karya selanjutnya".

Tanpa kedua unsur tersebut gak akan tercipta proyek-proyeknya yang keren.

"Saya gak pernah keluar dari zona nyaman saya sebagai seorang penulis, tapi saya buat zona nyaman baru untuk ngegambar. Kemampuan saya menulis saya coba fungsikan ke dalam bentuk pengkaryaan saya. Orang gila mungkin gilanya sama kayak seniman. Tapi, kalau seniman bisa bertanggung jawab dengan narasi tadi," tukasnya.




(tia/tia)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO