Ini Choi Pan, Makanan Khas Singkawang yang Gurih Nan Lembut di Mulut

Ini Choi Pan, Makanan Khas Singkawang yang Gurih Nan Lembut di Mulut

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Selasa, 12 Agu 2025 08:01 WIB
Seorang pedagang mengukus Choi Pan di Kedai Sakkok di Singkawang, Kalimantan Barat, Minggu (16/2/2025). Choi Pan kukus Sakkok yang terbuat dari tepung beras yang berisi tiga pilihan varian seperti bengkuang, kucai dan rebung yang dijual seharga Rp2.500 per buah tersebut menjadi salah satu kuliner unggulan khas Singkawang sejak 34 tahun lalu. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/YU
Choi Pan. Foto: Antara Foto/Jessica Wuysang
Balikpapan -

Berbicara tentang kuliner khas Kalimantan Barat, Singkawang menjadi salah satu kota yang punya segudang hidangan lezat. Salah satunya adalah Choi Pan, camilan tradisional yang terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasa gurih yang memanjakan lidah.

Makanan ini bukan hanya memikat warga lokal, tapi juga para wisatawan yang berkunjung ke 'Kota Seribu Kelenteng'. Choi Pan biasanya hadir dalam bentuk mungil dengan kulit tipis transparan yang membungkus berbagai isian, mulai dari bengkuang, talas, hingga kucai.

Disajikan hangat dengan taburan bawang putih goreng yang harum, makanan ini menawarkan sensasi lembut sekaligus gurih dalam setiap gigitan. Tak hanya lezat, Choi Pan juga punya nilai budaya yang kental. Hidangan ini merupakan bagian dari warisan kuliner Tionghoa yang telah mengakar di Singkawang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Choi Pan

choi pan singkawangchoi pan singkawang Foto: Ryan Febriyan/d'Traveler

Dirangkum dari laman Kementerian Pariwisata, Choi Pan atau disebut juga Chai Kue, adalah makanan dari Kalimantan yang banyak terpengaruh budaya Tiongkok. Menurut bahasa Hakka, choi pan berarti kue berisi sayuran dengan arti kata sayur (choi) dan kue (pan).

Choi pan disebut juga chai kue yang menurut bahasa Tiochiu artinya kurang lebih sama. Choi Pan terdiri dari lapisan kulit yang tipis, terbuat dari tepung beras atau sagu dengan bawang goreng di atasnya sebagai pelengkap. Sementara bagian isian dapat berupa daun bawang dan bengkuang, rebung, talas, ataupun kucai, lalu dilengkapi juga dengan ebi.

Claudia Kaunang dalam buku berjudul 101 travel tips & stories Indonesia Volume 2 menjelaskan, choi pan agak mirip dengan dimsum. Namun, kulit choi pan lebih tipis dari kulit dimsum. Choi pan umumnya berisi bengkoang dan lobak manis, dengan bagian atas kulitnya diolesi minyak bawang putih goreng cincang.

Sebagai pelengkap, choi pan biasanya dinikmati dengan taburan bawang putih goreng dan saus cabe spesial. Sepintas bentuk choi pan mirip dengan pastel atau kroket, tetapi jika pastel dan kroket harus digoreng terlebih dahulu, maka choi pan harus dikukus sebelum disajikan.

Choi pan punya batas saji yang tidak tahan lama, sehingga para turis yang singgah ke Singkawang wajib mencicipi rasa otentik choi pan sebab tidak bisa membawanya pulang. Selain di Singkawang, choi pan dikenal di daerah-daerah lain seperti Bangka Belitung yang kadang disebut choi-pau-pan atau sam-kok-pan, dengan bentuk segitiga yang disantap dengan cuka pedas manis. Di Medan, disebut juga chai pao yang dibuat dengan cara digoreng.

Sejarah Singkat Choi Pan

Budaya Tionghoa di Kota Singkawang memiliki pengaruh yang sangat kuat, jejaknya dapat ditelusuri hingga berabad-abad lalu. Dikutip dari laman Good News From Indonesia, sejak abad ke tujuh orang Tionghoa mulai menetap di Kalimantan Barat.

Perdagangan dan perang menjadi alasan terbesar mengapa orang Tionghoa dari Tiongkok pindah ke Kalimantan Barat. Letak Kalimantan Barat yang berada di rute perdagangan dari Tiongkok ke India, membuat tempat ini sering dilewati para pelaut.

Konon pada tahun 1463, beberapa anak buah Laksamana Cheng Ho yang memperkenalkan Islam ke Indonesia memilih menetap di Pontianak dan berbaur dengan budaya setempat. Dari Pontianak, komunitas Tionghoa yang diyakini sebagian merupakan pengikut Cheng Ho, kemudian menyebar hingga ke Singkawang.

Mereka mendirikan sebuah klenteng kecil di daerah Sempalung, Desa Sei Raya, Singkawang. Di dalam klenteng tersebut terdapat mata air dan tapak kaki yang dipercaya milik sang laksamana besar. Seiring waktu komunitas Tionghoa di Singkawang berkembang pesat, membawa serta tradisi kuliner khas mereka.

Itulah tadi penjelasan tentang choi pan, kuliner dari Singkawang. Apa kamu pernah mencicipinya?




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads