Si Mungil Gajah Kalimantan yang Kini di Ambang Kepunahan

Si Mungil Gajah Kalimantan yang Kini di Ambang Kepunahan

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Kamis, 18 Des 2025 10:00 WIB
Populasi gajah mini (Pygmy elephant) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara diperkirakan hanya tinggal 8 hingga 13 ekor berdasarkan survei terbaru. Gajah-gajah yang ditemukan di Desa Naputi, Kecamatan Tuin Onsoy menghadapi ancaman serius akibat deforestasi, perkebunan sawit, dan potensi konflik lahan dengan manusia.
Gajah kalimantan. Foto: Istimewa (dok Gappeta Borneo)
Balikpapan -

Gajah merupakan mamalia yang merupakan evolusi dari gajah sejati yang pertama kali muncul di Afrika sekitar 25 juta tahun lalu. Gajah kalimantan terisolasi di Pulau Borneo, sehingga subspesies ini berkembang secara terpisah tanpa adanya pertukaran gen.

Salah satu keunikannya adalah gajah ini berukuran mungil atau disebut gajah kerdil alias pygmy elephant. Kenali gajah kalimantan, mulai dari taksonomi, ciri-ciri, kebiasaan, hingga populasinya.

Taksonomi Gajah Kalimantan

Dilihat dari taksonominya, berdasarkan situs iNaturalist, gajah kalimantan termasuk subspesies dari gajah asia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelas: Mammalia
Subkelas: Theria
Ordo: Proboscidea
Famili: Elephantidae
Genus: Elephas
Spesies: Elephas maximus (Asian Elephant)
Subspesies: Elephas maximus borneensis

Ciri-ciri dan Kebiasaan

Berikut ini ciri-ciri fisik dan kebiasaan gajah kalimantan yang dilansir dari AZ Animals:

Karakteristik Fisik

Gajah kalimantan adalah spesies gajah terkecil di dunia. Tubuhnya relatif kecil dengan tinggi antara 2-3 meter dan berat 3 ribu hingga 5 ribu kg. Namun dibandingkan binatang lain, mamalia ini tetaplah raksasa di habitatnya, yaitu hutan hujan dan hutan tropis di timur laut Pulau Borneo.

Secara fisik, gajah kalimantan menunjukkan banyak kesamaan dengan kerabatnya, gajah asia, seperti kepala berkubah ganda, telinga bundar kecil, dan kulit tebal berwarna abu-abu atau cokelat tua.

Namun, ukuran sekitar 30% lebih kecil dari gajah asia lainnya, serta memiliki ciri khas yang menonjol seperti gading yang lebih lurus dan ekor yang lebih panjang. Meskipun perawakannya kecil, gajah ini sangat tangguh; ia mampu mencapai kecepatan puncak hingga 27 mph.

Perilaku dan Kecerdasan Sosial

Gajah kalimantan diperkirakan memiliki kecerdasan setinggi kerabatnya. Ini didukung oleh neocortex yang sangat maju, yang memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah kompleks, mengenali diri sendiri, dan merasakan berbagai emosi, termasuk berduka.

Kehidupan mereka berpusat pada kawanan, unit sosial yang sangat kooperatif dan altruistik yang dipimpin oleh betina tertua, atau matriark. Sementara pejantan (bull) cenderung hidup soliter atau bergabung dalam kelompok lajang.

Betina umumnya tetap bersama kawanan yang sama sepanjang hidup mereka, mengembara secara nomaden selama 12 hingga 18 jam sehari untuk mencari makanan dan air.

Habitat dan Makanan

Seperti namanya, gajah kalimantan adalah hewan endemik di Pulau Borneo bagian timur laut, termasuk di negara bagian Sabah, Malaysia. Di sana, mereka menjelajahi hutan dan padang rumput yang luas.

Sebagai herbivora, gajah ini mengonsumsi beragam jenis tumbuhan, termasuk bunga, buah-buahan, daun, dan kulit kayu. Untuk menopang ukurannya, seekor gajah dapat mengonsumsi ratusan pon makanan dalam sehari, menggunakan belalainya yang serbaguna untuk mengambil vegetasi dan membawanya ke mulut.

Reproduksi dan Siklus Hidup

Reproduksi gajah kalimantan dicirikan oleh proses yang panjang dan intensif. Kehamilan betina berlangsung sekitar 22 bulan, menjadikannya salah satu periode kehamilan terpanjang di antara semua mamalia.

Mereka hanya melahirkan satu anak (jarang kembar) dan harus menyusui anak mereka selama setidaknya dua tahun. Matriark dan betina lain dalam kawanan memainkan peran aktif dalam perlindungan dan pengasuhan anak gajah.

Karena investasi besar yang diperlukan untuk membesarkan keturunan, betina hanya berkembang biak setiap empat hingga lima tahun. Baik jantan maupun betina mencapai kematangan seksual sekitar usia 10 hingga 15 tahun, dan jika berhasil bertahan di alam liar, mereka dapat hidup hingga 50-70 tahun.

Populasi dan Status Konservasi

Dikutip dari WWF Indonesia, populasi gajah kalimantan di Indonesia hanya tersisa sekitar 30 hingga 80 individu yang tersebar di Kalimantan Utara. Sementara di wilayah Sabah, Malaysia, populasi gajah kalimantan jauh lebih besar daripada Indonesia, yakni mencapai 1.500-2.000 individu.

Jumlahnya yang sedikit ini membuatnya terdaftar sebagai spesies Terancam Punah dalam IUCN Red List. Ancaman utama terhadap keberadaan mereka adalah habitat yang luas namun terus menyusut akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan.

Nah, itulah informasi mengenai gajah kalimantan yang merupakan versi kecil dari gajah asia. Mari kita turut menjaga habitat mereka agar gajah kalimantan tidak punah.

Halaman 2 dari 3
(bai/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads