Deforestasi RI Masuk 5 Besar Dunia, Kalimantan Ikut Terdampak

Deforestasi RI Masuk 5 Besar Dunia, Kalimantan Ikut Terdampak

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Senin, 01 Des 2025 20:01 WIB
In this photo provided by Auriga Nusantara, deforestation is visible on Gag Island, Indonesia, in the nickel mining area of PT Gag Nikel on Dec. 22, 2024. (Auriga Nusantara via AP)
Ilustrasi deforestasi. Foto: Auriga Nusantara via AP
Samarinda -

Deforestasi di Indonesia tengah menjadi sorotan setelah terjadinya bencana banjir dan longsor di Sumatera. Tak cuma di Sumatera, hutan Kalimantan pun menjadi mengalami deforestasi yang mencemaskan.

Menurut Environment Indonesia, deforestasi adalah hilangnya tutupan hutan secara permanen, bukan sekadar penebangan sementara. Artinya, perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan, tambang, permukiman, atau infrastruktur masuk kategori deforestasi karena ekosistem awal tidak dapat kembali seperti sebelumnya.

Deforestasi RI Peringkat Berapa?

Berdasarkan data Global Forest Watch (GFW), dunia kehilangan jutaan hektare hutan primer tropis setiap tahun. Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat kehilangan hutan terbesar, meskipun laju kehilangan hutan di Indonesia cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui laporannya, Indonesia masih masuk jajaran negara dengan kehilangan hutan tertinggi ke-5 setelah Rusia, Brasil, Kanada, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data 2024, total ada 1,1 juta hektare luas tutupan pohon yang hilang.

Adapun lima provinsi dengan deforestasi tertinggi berada di Sumatera dan Kalimantan, yaitu Riau (4.3 juta ha), Kalimantan Barat (4.2 juta ha), Kalimantan Tengah (3.9 juta ha), Sumatera Selatan (3.3 juta ha), dan Kalimantan Timur (3,1 juta ha).

Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun berbagai kebijakan perbaikan telah ditempuh, tekanan terhadap hutan tetap besar. Persoalan ini menjadi penting ketika melihat bagaimana posisi Indonesia di mata dunia masih erat dikaitkan dengan isu deforestasi dan keberlanjutan.

Deforestasi di Kalimantan

Data dari GFW juga didukung dengan data dari pemerintah Indonesia. Kalimantan menjadi salah satu wilayah dengan kontribusi signifikan terhadap deforestasi nasional.

Kementerian Kehutanan dalam siaran persnya pada 20 Maret 2025 mengungkap besar deforestasi netto Indonesia 2024 tercatat sebesar 175,4 ribu hektare. Angka ini berasal dari deforestasi bruto seluas 216,2 ribu hektare yang dikurangi dengan capaian reforestasi seluas 40,8 ribu hektare.

Mayoritas deforestasi bruto (92,8%) tersebut terjadi di hutan sekunder, yang 69,3%-nya berada di dalam kawasan hutan. Adapun deforestasi Indonesia ini berdasarkan pemantauan tahunan hutan yang mencakup 187 juta hektare, baik di dalam maupun luar kawasan hutan, menggunakan citra satelit Landsat dari BRIN.

Kementerian Kehutanan menyebutkan bahwa kebakaran hutan, ekspansi perkebunan, pertambangan, pembangunan infrastruktur, dan aktivitas ilegal lainnya menjadi faktor pemicu yang terus berulang. Kalimantan yang dulunya dikenal sebagai hutan tak berujung, kini menghadapi kenyataan bahwa hutannya semakin terfragmentasi dan kehilangan keanekaragaman hayati yang sangat berharga.

Penyebab Utama Deforestasi

Menurut laporan Environment-Indonesia, deforestasi di Indonesia, termasuk Kalimantan, dipicu oleh beberapa faktor yang saling berhubungan. Berikut penjelasannya.

1. Alih Fungsi Lahan

Perkebunan kelapa sawit dan batu bara menjadi pendorong terbesar. Ekspansi sawit ditambah tambang batu bara yang masif menuntut pembukaan hutan dalam skala besar. Industri kayu dan pertambangan juga berperan dalam memperluas kerusakan hutan.

2. Pembalakan Liar dan Pembakaran Hutan

Akses yang makin terbuka membuat pembalakan liar semakin mudah dilakukan. Kebutuhan akan lahan untuk perkebunan, khususnya sawit, membuat banyak individu tidak bertanggung jawab membakar hutan demi menyiapkan lahan.

3. Pembangunan Infrastruktur

Kalimantan yang kini menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menghadapi tekanan pembangunan yang besar. Proyek jalan baru, pemukiman, dan investasi besar-besaran membuka membawa risiko fragmentasi hutan di tanah Borneo.

Data Kementerian Kehutanan memang menunjukkan tren penurunan deforestasi dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi perlu digarisbawahi, deforestasi tetap berjalan dan dampaknya bisa semakin membesar.

Halaman 3 dari 3
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads