Tari burung enggang adalah tari tradisional khas Dayak Kenyah dari Kalimantan Timur. Secara umum, tari ini menggambarkan gerakan burung enggang yang sangat diagungkan masyarakat Dayak.
Tari ini sering dibawakan sebagai tari untuk menyambut tamu. Kenali apa itu tari burung enggang, lengkap dengan asal-usul, konsep tari, hingga filosofinya.
Asal-usul Tari Burung Enggang
Dilansir dari buku Pembelajaran Seni Tari Di Indonesia dan Mancanegara oleh Arina Restian, tari burung enggang memiliki asal-usul dari kepercayaan Dayak Kenyah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konon, nenek moyang suku Dayak Kenyah turun dari langit dengan wujud menyerupai burung enggang. Oleh karenanya, burung enggang sangat dihormati oleh warga lokal.
Masyarakat kemudian membuat tari burung enggang sebagai penghormatan terhadap para leluhur mereka. Bulu-bulu burung enggang pun memiliki peranan penting pada setiap upacara adat maupun tariannya.
Bentuk burung enggang juga sering dipakai sebagai motif dalam setiap ukiran yang dibuat oleh suku Dayak Kenyah. Kini tari burung enggang menjadi salah satu tarian wajib untuk kegiatan adat, penyambutan tamu, dan festival budaya.
Konsep Tari Burung Enggang
Dijelaskan dalam penelitian Astri Rahel berjudul Estetika Tari Burung Enggang Khas Suku Dayak Kenyah Di Kalimantan Timur di situs Institut Seni Indonesia Yogyakarta, tari ini merupakan imitasi terhadap satwa burung enggang, baik secara fisik maupun filosofis.
Berikut penjelasan tentang konsep tari burung enggang:
Penyajian Tari
Dalam penyajiannya, tari burung enggang bisa ditampilkan di ruang terbuka maupun tertutup. Jumlah penari di ruang tertutup di kisaran 12-20 orang, sedangkan di ruang terbuka bisa mencapai 22-30 orang.
Keindahan
Keindahan gerakan tari burung enggang dapat dilihat dari keselarasan gerak para penari, tenaga, juga hafalan. Properti tari juga menunjukkan keindahan, mulai dari warna, desain baju, manik-manik, dan berbagai motif tambahan.
Musik
Tari juga diiringi dengan musik. Iringan musik harus terdengar jelas dengan bantuan pengeras suara agar penari maupun penonton dapat menikmati tarian dengan nyaman. Antara musik dan gerakan harus seirama. Ekspresi wajah juga menambah daya tarik.
Suasana
Secara keseluruhan, tari burung enggang menggambarkan suasana tenang namun juga gembira. Hal ini tergambar dari iringan musik dan juga gerakannya yang bersemangat sekaligus menunjukan rasa hormat pada burung enggang sebagai simbol pemersatu suku Dayak Kenyah.
Filosofi Burung Enggang
Tidak hanya dikenal di Kalimantan Timur, burung enggang juga dikenal oleh suku Dayak secara umum di berbagai daerah di Pulau Kalimantan. Dikutip dari situs Pemprov Kalteng, burung enggang juga disebut burung rangkong.
Burung ini banyak tersebar di kawasan Asia dan Afrika. Burung ini terdiri dari 57 spesies, 14 spesies di antaranya berada di Indonesia dan melekat sebagai simbok suku Dayak.
Seluruh bagian tubuh burung enggang memiliki makna simbolis. Secara umum dimaknai dengan kebesaran dan kemuliaan suku tersebut, serta melambangkan perdamaian dan persatuan.
Pada bagian sayapnya yang tebal, menyimbolkan pemimpin yang selalu melindungi rakyatnya. Ekor panjangnya menyimbolkan kemakmuran masyarakat Dayak.
Dalam kaitannya dengan kehidupan, burung enggang disimbolkan sebagai makhluk yang selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidup. Orang Dayak juga menjadikannya simbol makhluk yang mengasuh anak hingga mandiri.
Untuk itu, burung ini sering dianggap sakral dan tidak untuk diburu, apalagi dimakan. Populasi yang menurun membuat satwa ini berstatus dilindungi.
Itulah tadi penjelasan mengenai tari burung enggang tradisi Dayak Kenyah Kalimantan Timur. Selain melestarikan tariannya, satwa ini juga harus dijaga agar tidak punah.
(bai/bai)