Isu lingkungan marak terjadi di Kalimantan Utara (Kaltara) hingga hari ini. Pastor Paroki Gereja Katolik Santo Yosef Pekerja Juata Permai Tarakan, Saverinus Mandut, mengajak umat dan masyarakat untuk menerapkan tobat ekologis.
Konsep yang digaungkan Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si' ini menyerukan perubahan cara pandang dan tindakan terhadap lingkungan sebagai "rumah bersama" yang harus dijaga. Pastor Save menjelaskan bahwa tobat ekologis bukan sekadar menanam pohon atau mengurangi sampah plastik.
"Ini soal perubahan radikal dari hati, moral, dan iman. Kita diajak memelihara bumi, bukan menaklukkannya untuk dieksploitasi," ujarnya kepada detikKalimantan, Senin (12/5/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kerusakan lingkungan seperti pencemaran sungai, pembalakan liar, dan eksploitasi sumber daya alam di Kaltara, termasuk Tarakan, mencerminkan keserakahan dan kurangnya tanggung jawab.
"Banyak pihak, termasuk korporasi, berdalih keuntungan ekonomi, seperti perkebunan sawit, untuk membenarkan eksploitasi. Padahal, ini merugikan masyarakat kecil yang tak mendapat manfaat," katanya.
Pastor Save menyoroti pentingnya tindakan praktis dalam tobat ekologis, mulai dari hal kecil seperti menggunakan tas belanja reusable, menghemat air, hingga mengelola sampah secara bijak. Di lingkungan gerejanya, ia telah menerapkan kebijakan menggunakan air galon untuk acara gereja guna mengurangi sampah plastik. Ia juga menyambut baik jika konsep tobat ekologis diadopsi oleh lintas agama dan pemerintah.
"Ini bukan doktrin eksklusif Katolik, melainkan seruan untuk semua orang. Saya senang jika istilah ini digunakan, asal tujuannya sama, menjaga bumi demi kebaikan bersama," ungkapnya.
Menyinggung tantangan, Pastor Save mengakui bahwa banyak umat Katolik, termasuk pelaku usaha atau pemimpin, belum sepenuhnya menerapkan tobat ekologis.
"Kita berhadapan dengan korporasi besar dan alasan ekonomi, tapi kita mulai dari yang kecil, seperti di rumah dan lingkungan gereja," katanya.
(des/des)