Bukit Tiong Kandang Ditutup Buntut Pendaki Buang Sampah-Langgar Norma

Bukit Tiong Kandang Ditutup Buntut Pendaki Buang Sampah-Langgar Norma

Ocsya Ade CP - detikKalimantan
Kamis, 10 Apr 2025 09:30 WIB
Sampah berserakan di Bukit Tiong Kandang.
Sampah berserakan di Bukit Tiong Kandang. Foto: Dok. Kades Temiang Mali
Sanggau -

Bukit Tiong Kandang yang masuk di Desa Temiang Mali dan Desa Tae, Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat resmi ditutup pada 8 April 2025. Alasan penutupan bukit ini dikarenakan banyak pendaki yang melanggar norma-norma budaya setempat serta tidak menjaga kebersihan.

Penutupan bukit yang memiliki ketinggian 980 meter di atas permukaan laut (MDPL) ini bersifat sementara sampai waktu yang belum ditentukan. Penutupan bukit secara resmi diumumkan oleh Kepala Desa (Kades) Temiang Mali, Arpin.

"Maka dari itu, kami selalu Pemerintah Desa Temiang Mali menyampaikan kepada semua pihak bahwa pendakian ke Bukit Tiong Kandang untuk sementara waktu ini dihentikan dahulu sampai waktu yang belum ditentukan," kata Arpin dalam surat edaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihubungi detikKalimantan pada Kamis (10/4/2025), Arpin menyebut penutupan bukit ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi dan upaya pemulihan lingkungan akibat menumpuknya sampah yang ditinggalkan oleh pendaki tidak bertanggung jawab.

"Pemerintah desa dan pelaksana tugas kepala kewilayahan (kawil) Dusun Mangkit mengambil langkah cepat menutup sementara kawasan wisata Tiong Kandang karena menyikapi keresahan warga masyarakat terkait ketidakpatuhan pengunjung terhadap norma-norma budaya kearifan lokal yang ada di Dusun Mangkit Desa Temiang Mali," kata Arpin.

Ketidakpatuhan terhadap norma-norma budaya yang dimaksud adalah banyaknya pengunjung melanggar dan membuat hal yang sudah disepakati oleh masyarakat setempat. Masyarakat Balai, khususnya di Dusun Mangkit, Desa Temiang Mali, menganggap bahwa Tiong Kandang adalah keramat. Sehingga banyak larangan dan pantangan ketika berada di Tiong Kandang.

"Tapi, kebanyakan para pengunjung tidak patuh dengan apa yang sudah menjadi kesepakatan masyarakat Dusun Mangkit. Salah satunya membuang sampah sembarangan," ujarnya.

Di puncak atau di ubun-ubun Tiong Kandang dulunya ada Tilam Mangkubumi yang juga dianggap sakral. Namun, saat ini sudah tidak berbentuk lagi karena kumuh karena pengunjung membawa makan dan minuman.

"Dulu itu tidak boleh bawa makanan dan minuman pas di ubun-ubun Tiong Kandang. Tapi sekarang banyak pendaki milenial yang asal-asalan mendaki tanpa mematuhi larangan dan pantangan," kesalnya.

Lalu banyak coretan nama di Batu Pengasih. Padahal masyarakat Dusun Mangkit percaya bahwa ekosistem asri Tiong Kandang berfungsi sebagai suatu tempat yang sakral untuk memanjatkan doa-doa.

"Banyak pejabat dan kepala daerah yang berdoa dan membayar niatnya sesuai kepercayaan di Batu Pengasih ini. Namun, semuanya rusak oleh pengunjung," ucapnya.

Penutupan ini diharapkan menimalisir kembali sampah-sampah yang ada di area Tiong Kandang. Pemerintah desa pun akan mengelola objek wisata yang selama ini hanya dikelola masyarakat RT di Dusun Mangkit.

"Dengan penutupan sementara ini, kami ingin menata ulang kedisiplinan para pengunjung. Kedepan akan kami buatkan perdes dan melibatkan bumdes. Program yang akan berjalan dalam waktu dekat adalah penanaman pohon durian montong dan musang king di Tiong Kandang, bantuan CSR dari salah satu perusahaan," ujarnya.

Salah satu pencinta alam, Tri Pandito Bowo, turut menjadi pihak yang kecewa dengan ulah pendaki tidak bertanggung jawab hanya demi mengisi galeri foto di ponsel.

"Bagi kawan-kawan yang mendaki Tiong Kandang, jangan lupa membawa kembali sampah turun ke bawah atau membuang pada tempatnya. Jangan isi foto saja yang bersih dan indah, nyatanya di lapangan juga harus bersih dari sampah dan kotoran," katanya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads