Bekantan merupakan spesies endemik yang mendiami hutan bakau (mangrove) di Kalimantan. Yuk mengenal lebih jauh tentang si hidung besar!
Dalam situs resmi Pusat Studi Satwa Primata IPB University, diterangkan Bekantan memiliki nama latin Nasalis larvatus. Di tanah Borneo, Bekantan juga dikenal dengan nama Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan tersebar luas di hutan-hutan sekitar muara atau pinggiran sungai di Kalimantan. Di Kalimantan Selatan, bekantan dapat ditemukan di daerah hutan rawa, atau muara dan pinggiran sungai Pulau Kaget dan Pulau Laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Kalimantan Barat, si hidung besar menempati daerah hutan bakau di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Sedangkan di Kalimantan Tengah, bekantan mudah dijumpai di Taman Nasional Tanjung Puting, atau di sekitar Sungai Mahakam.
Selain itu, bekantan juga bisa ditemukan di Taman Nasional Kutai serta hutan rawa gambut dan hutan bakau di pantai Kalimantan Timur.
![]() |
Ciri Khas Bekantan:
1. Hidung bekantan
Bekantan memiliki bentuk hidung yang unik, sehingga mudah dikenali ketimbang primata lainnya. Hidungnya panjang besar, dengan bagian muka tidak ditumbuhi rambut.
Hidung bekantan jantan begitu besar yang terlihat menggantung di atas mulut. Bila ingin makan, si jantan harus mendorong hidungnya keluar dari mulut agar dapat meletakkan makanan ke dalam mulutnya.
2. Bulu bekantan
Dikutip situs resmi Indonesia, bulu bekantan cokelat kemerahan di punggung dan bahu, hingga di bagian tengah. Dadanya berwarna krem, juga leher, pinggang sampai pantat dan ekornya.
Lengan dan kaki bekantan panjang, dengan kulit tangan dan kaki abu-abu. Warna oranye menutupi sebagian bahu, dan ada semacam topi bulu merah gelap menutupi kepala bekantan.
3. Wajah bekantan
Wajahnya juga unik karena berwarna merah daging dengan mata kecil cokelat yang cerdas. Telinganya kecil dan lurus ke atas kepala mereka. Keunikan itu membuat bekantan sering dijadikan maskot oleh pemerintah dan swasta, seperti di maskot Asian Games, Dunia Fantasi, dan maskot Provinsi Kalimantan Selatan.
4. Ekor
Panjang ekor bekantan hampir sama dengan panjang tubuhnya, yaitu sekitar 559-762 mm. Berat tubuh bekantan jantan sekitar 16-22 kg, sementara betina sekitar 7-12 kg. Tinggi bekantan jantan 2 sampai 2,5 kaki (66-72 cm), sementara betina 1,7-2 kaki (53-61 cm).
5. Perut
Perut besar yang dimiliki bekantan membuat sistem pencernaannya bisa memakan daun sebagai pasokan makanan utama. Di dalam perut terdapat bagian-bagian yang penuh dengan bakteri yang mencerna selulosa.
Bakteri itu membantu mencerna daun dan menetralkan racun dalam daun tertentu. Besar perut bekantan seperempat dari berat badannya, sehingga tak heran bila bekantan terlihat hamil permanen.
![]() |
Tingkah Laku Bekantan
Bekantan merupakan satwa arboreal (hidup di pohon), namun terkadang turun ke lantai hutan untuk alasan tertentu. Pergerakan dari dahan ke dahan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melompat, bergantung, atau bergerak dengan keempat anggota tubuhnya.
Selain itu, bekantan juga perenang ulung karena di bagian telapak kaki dan tangannya memiliki selaput kulit (web) seperti pada katak. Selaput kulit memudahkan bekantan untuk menyeberang sungai.
Si hidung besar juga termasuk primata diurnal, yaitu aktivitasnya dilakukan mulai dari pagi hingga sore hari. Menjelang sore hari, bekantan umumnya akan mencari pohon untuk tidur di sekitar tepi sungai.
Bekantan juga dikenal sebagai hewan yang senang hidup berkelompok 12-27 ekor. Ada juga yang memiliki anggota 60 sampai 80 jantan dan betina. Kelompok-kelompok bekantan tidak memiliki banyak struktur untuk tingkatannya.
Anggota kelompok bekantan akan bergabung dalam satu pohon atau pohon lainnya yang berdekatan. Bekantan tidak membuat sarang untuk tidurnya.
Bekantan mengonsumsi hampir semua bagian tumbuhan dengan komposisi lebih dari 50% daun muda, sekitar 40% buah dan sisanya bunga dan biji. Selain mengonsumsi sumber pakan asal tumbuhan, bekantan kerapkali mengonsumsi beberapa jenis serangga. Saat musim surut, bekantan sering turun ke tanah untuk mencari serangga tanah.
Kelestarian Bekantan Terancam
Ancaman utama bagi kelestarian bekantan adalah kerusakan habitat dan perburuan ilegal. Alih fungsi hutan dan illegal logging serta kebakaran hutan juga memberikan pengaruh terhadap penurunan populasi bekantan di Kalimantan. Oleh karena itu, perlu peraturan-peraturan yang jelas serta tindakan tegas dari pemerintah bagi pelaku perburuan ilegal maupun perusak hutan.
Berdasarkan Redlist IUCN (the International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), bekantan termasuk dalam kategori Genting (Endangered). Bekantan juga termasuk primata yang terdaftar di dalam Appendix I dari CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang berarti tidak boleh diperdagangkan.
Populasi bekantan hingga beberapa tahun terakhir sudah sangat mengkhawatirkan. Diperkirakan hanya 20 ribuan di Pulau Borneo, Sabah, Brunei, dan Serawak. Itu seperti dikutip situs resmi Indonesia.
(sun/des)