Penemuan mayat mengapung di perairan Sungai Martapura, Kabupaten Banjar Senin (21/7) sempat menggegerkan warga. Setelah diidentifikasi, mayat tersebut adalah gitaris band Radictra asal Kalimantan Selatan (Kalsel), yakni MR (34).
Pada mulanya, korban dianggap tewas tenggelam karena kecelakaan. Belakangan diketahui bahwa MR adalah korban pembunuhan.
Kapolres Banjar AKBP Fadly mengatakan pengungkapan kasus bermula dari kecurigaan keluarga terhadap kematian MR. Setelah menerima laporan dari keluarga korban, polisi bergegas menelusuri dan memeriksa para saksi di lokasi kejadian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enam Orang Jadi Tersangka
Dari penyelidikan itu, polisi mengungkap bahwa MR adalah korban pembunuhan karena kondisinya mengalami kekerasan. Dia sempat berkelahi dengan sekelompok orang.
"Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebelum meninggal korban terlibat perkelahian dengan sejumlah pria," kata Fadly, Jumat (25/7/2025).
Atas kasus ini, ada enam orang tersangka yang ditangkap pada Kamis (24/7) dini hari. Mereka adalah KH (50), IB (48), MR (38), MF (36), GM (33) dan AH (19).
"Enam tersangka sudah diamankan dan menjalani proses penyidikan lebih lanjut," lanjutnya.
Karena Tuduhan Curi HP
Mengenai motifnya, Fadly mengatakan bahwa korban sempat menuduh keenam tersangka mengambil ponsel serta kunci motornya. Diduga para pelaku tersinggung dengan ucapan korban.
"Terjadilah pengeroyokan yang diduga mengakibatkan korban terjatuh ke sungai dan meninggal dunia," beber Fadly.
Saat melakukan pengeroyokan itu, para pelaku diketahui sedang di bawah pengaruh alkohol atau minuman keras. Barang barang milik korban pun diamankan sebagai barang bukti, termasuk satu joran pancing.
Pamit Mancing
Ibu korban, Normiati, menuturkan sang anak terakhir kali pamit untuk pergi memancing di bawah jembatan Kampung Melayu, Martapura, Kabupaten Banjar pada Minggu (20/7).
Namun hingga malam hari, sang anak tak kunjung pulang ke rumah. Normiati pun berusaha mencari keberadaan anaknya melalui teman-teman sang anak.
"Teman satu bandnya menelpon nanya keberadaannya, saya bilang belum pulang," ujarnya.
Normiati pun berusaha menghubungi ponsel milik Redho, tapi tak tersambung.
"Tapi dia ada punya ponsel jadul, jadi dicoba hubungi itu nyambung," tutur Normiati.
Namun, ketika telepon tersambung, ia tak mendengar suara anaknya. Yang ia dengar ialah suara Kepala Desa setempat yang mengamankan barang milik anaknya setelah penemuan mayat mengapung.
Tak ada barang berharga milik Redho yang hilang. Ponsel, kunci motor, dompet, uang, hingga joran pancing semuanya masih ada di lokasi kejadian.
Sempat Dimakamkan
Saat diperiksa awal, Normiati menyebut anaknya tidak ada mengalami tanda-tanda kekerasan. Ia pun menerima kondisi itu dengan ikhlas dan memakamkan jasad MR.
"Tidak ada tanda kekerasan, jadi hidung berdarah itu karena paru-paru kemasukan air. Lalu keluar darah," ungkap Normiati.
Berselang beberapa hari, keluarga memiliki kecurigaan atas meninggalnya Redho. Laporan pun dimasukkan di Polsek Martapura Timur pada Rabu (23/7).
Jenazah diperiksa ulang melalui proses ekshumasi (pembongkaran makam). Didapati hasil bahwa Redho merupakan korban penganiayaan oleh sekelompok orang.
(bai/bai)