Gitaris band Radicta, Muhammad Redho (34), meninggal dunia. Ia diduga menjadi korban pengeroyokan sekelompok orang di Desa Mekar, Martapura Timur Kabupaten Banjar. Ibu korban, Normiati, menyebut anaknya pergi memancing pada Minggu (20/7).
Namun hingga malam hari, sang anak tak kunjung pulang ke rumah. Normiati pun berusaha mencari keberadaan anaknya melalui teman-teman sang anak.
"Teman satu bandnya menelpon nanya keberadaannya, saya bilang belum pulang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Normiati mengatakan anaknya memang kerap pergi memancing, tapi tidak pernah pulang telat. Redho juga selalu berpamitan ketika hendak pergi memancing. Normiati pun berusaha menghubungi ponsel milik Redho, tapi tak tersambung.
"Tapi dia ada punya ponsel jadul, jadi dicoba hubungi itu nyambung," tutur Normiati.
Namun, ketika telepon tersambung, ia tak mendengar suara anaknya. Yang ia dengar ialah suara Kepala Desa setempat yang mengamankan barang milik anaknya.
Tak ada barang berharga milik Redho yang hilang. Ponsel, kunci motor, dompet, uang, hingga joran pancing semuanya masih ada di lokasi kejadian. Saat diperiksa awal, Normiati menyebut anaknya tidak ada mengalami tanda-tanda kekerasan. Ia pun menerima kondisi itu dengan ikhlas.
"Tidak ada tanda kekerasan, jadi hidung berdarah itu karena paru-paru kemasukan air. Lalu keluar darah," ungkap Normiati.
Berselang beberapa hari, keluarga memiliki kecurigaan atas meninggalnya Redho. Laporan pun dimasukkan di Polsek Martapura Timur pada Rabu (23/7). Jenazah diperiksa ulang melalui proses ekshumasi (pembongkaran makam). Didapati hasil bahwa Redho merupakan korban penganiayaan oleh sekelompok orang.
Kini, para pelaku pengeroyokan telah diamankan di Polres Banjar. Enam orang pelaku telah mengakui perbuatannya. Mereka menyebut Redho terlebih dahulu memancing emosi dengan melontarkan kata kasar hingga membuat mereka naik pitam.
(des/des)