Aliansi Gerakan Mahasiswa Penyelamat Penyimpangan Hukum (Gempa), yang dikoordinasi oleh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Tarakan, mendesak transparansi kasus dugaan hilangnya sabu seberat 12 kilogram di Polda Kalimantan Utara (Kaltara). Sebagai langkah awal, mereka menggelar konsolidasi terbuka pada Rabu (16/7) di Taman Oval Kota Tarakan.
Ketua GMKI Cabang Tarakan, Michael, menegaskan bahwa aksi ini merupakan respons atas ketidakpuasan masyarakat terhadap kurangnya keterbukaan dari institusi kepolisian terkait perkembangan kasus tersebut.
"Kami, khususnya sebagai pemuda dan masyarakat Kalimantan Utara, resah karena hingga hari ini tidak ada pernyataan resmi atau data yang menunjukkan kasus ini diselesaikan secara tuntas," ujar Michael kepada detikKalimantan, Rabu (16/7/2025) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsolidasi yang dihadiri berbagai elemen organisasi masyarakat (organda) di Tarakan ini menghasilkan empat poin tuntutan utama. Poin-poin tersebut akan disampaikan dalam aksi turun ke jalan pada Sabtu (19/7) mendatang di depan Polres Tarakan. Michael mengungkapkan bahwa inti dari tuntutan adalah keterbukaan publik terkait penyelesaian kasus ini.
"Kami ingin kasus ini diungkap secara transparan di media agar masyarakat Kalimantan Utara tahu apa yang terjadi," tegasnya.
Selain itu, aliansi juga menyatakan bahwa jika tuntutan mereka tidak diindahkan, mereka akan menuntut pencopotan Kapolda Kalimantan Utara. Michael juga menyebut pengungkapan jaringan peredaran sabu di Nunukan tak seharusnya diapresiasi berlebihan, karena itu memang tugas polisi.
"Itu adalah tanggung jawab mereka sesuai undang-undang. Tidak ada yang perlu diapresiasi berlebihan," katanya.
Selain menyampaikan tuntutan melalui Kapolres Tarakan, aksi pada Sabtu mendatang akan diakhiri dengan penandatanganan kesepakatan antara aliansi dan pihak kepolisian, serta press release yang mengangkat kartu hitam sebagai simbol kritik terhadap institusi kepolisian di Kalimantan Utara.
"Kami ingin memastikan kebenaran dikawal dan solidaritas dirawat. Aksi ini adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang kami rasakan," tutup Michael.
(des/des)