Valeria Márquez (23), TikToker asal Meksiko, tewas ditembak ketika sedang live streaming. Pelakunya seorang pria yang diduga tidak mengenal Valeria secara pribadi.
Dilansir detikINET, peristiwa tragis ini terjadi pada Selasa (13/5) lalu di sebuah salon kecantikan di Zapopan, Jalisco, bagian dari wilayah metropolitan Guadalajara. Juru bicara Kantor Kejaksaan Negara Bagian Jalisco, Denis Rodríguez, mengatakan Márquez sedang bekerja di salon tersebut sembari melakukan streaming ketika dua pria berhenti di luar dengan sepeda motor.
Salah satu pria kemudian masuk ke salon menghampiri TikToker dengan 113 ribu pengikut itu dan bertanya apakah benar dia Valeria. Begitu Marquez menjawab ya, pria tersebut tanpa basa-basi menembaknya dan bergegas melarikan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Márquez langsung terkulai lemas sambil masih memegang boneka babi merah muda. Pihak otoritas telah membenarkan rekaman live streaming yang beredar di media sosial. Rekaman itu masih ada meskipun akun TikTok Marquez telah dihapus sejak Rabu (14/5).
"Kami menemukannya masih di kursi, dengan boneka babi kecil di pelukannya," lanjut Rodríguez.
Pihak berwenang menduga kasus ini sebagai femisida, bentuk kekerasan berbasis gender terhadap perempuan yang marak di Meksiko. Diduga kuat pelaku tidak mengenal Márquez secara pribadi karena sempat bertanya tentang identitas Márquez sebelum penembakan.
"Mereka tidak memiliki hubungan pribadi. Dia hanya algojonya," jelasnya.
Polisi kini menyelidiki rekaman kamera pengawas dan analisis media sosial untuk melacak pelaku. Dari rekaman, diketahui pelaku sempat mendatangi salon sehari sebelumnya dengan alasan mengirimkan hadiah.
Sebelum dihapus, akun TikTok Márquez dibanjiri ungkapan duka dan keterkejutan. Beberapa pengguna mempertanyakan keaslian video, namun TikTok belum memberikan komentar resmi.
Dr. Paulina García-Del Moral, profesor sosiologi di Universitas Guelph, menegaskan pembunuhan di depan umum seperti ini bertujuan mengirim pesan: "Laki-laki bisa membunuh perempuan tanpa hukuman."
"Banyak pria masih merasa berhak atas tubuh perempuan," katanya.
Beberapa hari sebelum pembunuhan Márquez, peristiwa serupa juga menimpa kandidat wali kota di Veracruz, Yesenia Lara Gutiérrez. Dia ditembak mati bersama tiga orang lainnya saat kampanye, yang juga terekam dalam siaran langsung.
Menurut García-Del Moral, kekerasan ini lahir dari budaya "machismo" dan seksisme yang mengakar. Institusi juga dinilai gagal untuk menangani femisida. Bahkan status sosial, kekayaan, atau profesi seseorang tidak menjamin perlindungan dari kekerasan gender.
"Kekerasan terhadap perempuan sangat dalam dan luas," pungkasnya.
(des/des)