Penutur Terus Berkurang, 3 Bahasa Daerah di Kaltim Terancam Punah

Penutur Terus Berkurang, 3 Bahasa Daerah di Kaltim Terancam Punah

Riani Rahayu - detikKalimantan
Sabtu, 01 Nov 2025 06:00 WIB
Pulau Kalimantan disebut sebagai salah satu paru-paru dunia karena luas hutannya yang mencapai hingga 40,8 juta hektar. Beginilah potret hijaunya hutan Kalimantan.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Balikpapan -

Penutur bahasa di Kalimantan Timur (Kaltim) mulai mengalami penurunan. Akibatnya bahasa di Kaltim juga ikut terancam punah.

Hal itu diungkapkan Tim Pelindungan Bahasa dan Sastra Widyabasa Ahli Muda, Nurul Masfufah. Ia mengatakan banyak bahasa di Kaltim yang mulai berkurang peminatnya karena berbagai kondisi.

"Penuturnya sudah berkurang, anak-anak sudah tidak menggunakan bahasa daerah, ada tetapi memang di pedalaman, kan mereka homogen ya jadi ada penuturnya sedikit. Tapi yang berkurang ini kalau mereka tinggal di dekat kabupaten dan kota, atau bermigrasi karena pekerjaan, jadi penuturnya sudah menggunakan bahasa Indonesia," terang Nurul kepada detikKalimantan, Jumat (31/10/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena itu yang membuat penggunaan bahasa-bahasa daerah mulai terkikis. Termasuk pada anak muda zaman sekarang.

"Generasi mudanya atau yang anak-anak 20 tahun ke bawah, termasuk yang sudah menikah itu juga mengajarkan anaknya kan jarang ya menggunakan bahasa daerah, mereka bahasa Indonesia karena kalau ditanya itu di sekolah supaya anak cepat berbahasa Indonesianya lancar. Faktor kawin campur itu juga salah satu yang menjadikan bahasa itu terancam punah," jelasnya.

Di Kaltim ada 16 bahasa yang terdata oleh Balai Bahasa. Mulai dari bahasa Aoheng (Penihing), Bahau Diaq Lay, Bahau Ujoh Bilang, Bajau Pondong, Basap, Benuaq, Bugis, Dusun, Jawa, Kenyah, Melayu, Pasir (Paser), Punan Long Lamcin, Punan Merah, Segaai, dan Tunjung.

"Bahasa dari luar daerah Kaltim juga tetap terdata ya, tapi itu masih bisa dimutakhirkan lagi. Tahun ini kami melakukan pemetaan lagi siapa tau nanti masih ada bahasa yang belum masuk, atau bisa saja berkurang. Bisa jadi bahasa yang terpetakan kemarin (16 bahasa) ternyata cuma dialek, di dalam suatu bahasa itu bisa saja terjadi," jelasnya.

Namun beberapa bahasa di Kaltim seperti bahasa Paser, Melayu Kutai, Melayu Banjar, Kenyah atau dayak masih menjadi bahasa dengan penutur terbanyak. Sedangkan bahasa yang mulai terancam punah yaitu bahasa Dusun, Aoheng (Penihing), dan Basap.

"Untuk bahasa-bahasa yang terancam punah itu karena hanya di satu kampung saja seperti Paser, yang Penihing dan Basap itu adanya cuma di Mahulu saja karena penuturnya gak sampai puluhan ribu, jadi terancam punah karena dari segi penuturnya yang berkurang," kata dia.

Tahun ini Balai Bahasa akan melakukan pendataan dialektometri lagi untuk membandingkan data lama dengan data terbaru. Yaitu mengelompokkan bahasa berdasarkan dialeknya.

"Jadi nanti kami akan lakukan lagi pendataan dialektometri dan bekerja sama dengan BPS serta menggunakan aplikasi untuk mendata mengelompokkan kembali berdasarkan kosakatanya dan pencocokan dialeknya apakah masih satu bahasa atau tidak," terangnya.

Balai Bahasa Kaltim juga memegang pendataan bahasa di wilayah Kaltara. Dari data yang dikumpulkan, ada 11 bahasa yang terdata di Kaltara dan dalam pengelompokan juga untuk mengetahui apakah ada bahasa yang terancam punah atau tidak.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads