Sastra merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya Nusantara. Salah satunya adalah karungut, yakni warisan sastra dari Kalimantan, khususnya suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah.
Karungut biasanya didendangkan dengan musik, baik bernuansa sakral maupun hiburan. Penulisannya bisa mirip pantun maupun gurindam. Mau tahu seperti apa karungut? Simak sejarah dan asal-usul, fungsi, ciri-ciri, hingga penggunaan musiknya.
Sejarah dan Asal-usul Karungut
Dikutip dari situs Kemdikbud, karungut dalam tradisi Dayak Ngaju berasal dari kata 'karunya' yang berarti tembang atau lagu. Tradisi ini telah ada sejak masa lampau, yakni digunakan untuk ritual kepercayaan Kaharingan sebagai media pemujaan dan komunikasi dengan roh leluhur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syair-syairnya dilantunkan dalam bahasa Sangiang atau Ngaju Kuno. Namun kini syairnya banyak digantikan oleh bahasa Ngaju dialek baku Kapuas-Kahayan.
Karungut tidak hanya hadir di upacara adat, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai pengantar tidur anak, sarana menyampaikan nasihat, hiburan saat bekerja di ladang, hingga alat penyampaian aspirasi politik.
Fungsi Karungut
Karungut selalu ada di berbagai perayaan penting dalam siklus hidup masyarakat Dayak Ngaju. Berikut sejumlah fungsi karungut yang dirangkum dari situs Kemdikbud dan jurnal berjudul Fungsi dan Bentuk Penyajian Instrumen Musik Karungut di Kalimantan Tengah oleh Jenny Andany Taruna.
1. Upacara Keagamaan
Seperti asal-usul dari karungut, fungsi utamanya adalah sebagai rangkaian dalam upacara keagamaan, terutama Kaharingan, seperti tiwah (ritual kematian), basarah (syukuran), dan kenduri adat.
Dalam kegiatan ini, karungut disajikan sebagai kidung sakral. Syair yang dilantunkan mengandung pesan pengharapan restu roh leluhur, penghormatan pada Tuhan, dan ajaran moral.
2. Upacara Adat
Berbagai upacara adat juga menggunakan karungut, misalnya ketika menerima tamu kehormatan. Liriknya sering berupa pujian, harapan kemakmuran, dan ucapan selamat datang dengan sentuhan sastra yang indah dan komunikatif.
Selain itu, karungut juga digunakan dalam pernikahan adat Dayak Ngaju. Isinya doa dan nasihat agar hidup rukun, dan mengingatkan pentingnya nilai kekeluargaan. Upacara lainnya antara lain khitanan, kelahiran, dan syukuran.
3. Sarana Komunikasi
Karungut bisa sebagai media untuk menyampaikan pesan dengan cara yang estetik. Tema yang disampaikan bisa kepahlawanan, pembangunan, pendidikan, adat, percintaan, kesehatan, hingga kritik sosial/pemerintah.
4. Sarana Pendidikan
Karungut bisa menjadi sarana pendidikan jika syairnya dibuat dengan isi pesan moral, ajakan, dan larangan yang sesuai nilai budaya setempat. Ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai positif pada generasi muda.
5. Acara Hiburan dan Kompetisi
Di zaman modern, karungut hadir dalam acara hiburan budaya, festival, hingga lomba tingkat daerah, misalnya pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) yang rutin digelar di Kalimantan Tengah.
Tidak sekadar melantunkan syair, tetapi juga diiringi musik yang enak didengar, bahkan tak jarang digunakan sebagai pengiring tari.
Ciri-ciri Karungut
Bentuk karungut kini semakin beragam, namun secara umum ada beberapa ciri khas dari karungut, yakni:
- Satu bait terdiri dari empat baris.
- Satu baris terdiri dari 4-7 kata dan 8-14 suku kata,
- Menggunakan rima atau sajak yang sama di akhir baris, misalnya a-a-a-a.
- Temanya bisa tentang kehidupan sehari-hari, adat, legenda, cinta, nasihat, pembangunan.
- Menggunakan unsur aliterasi, asonansi, simbolisme, metafora, dan pengulangan.
- Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ngaju dialek baku.
- Satu karungut bisa berisi satu bait hingga puluhan bait. Durasi penuturannya pun bisa sampai 15.
Alat Musik yang Digunakan
Karungut dituturkan dengan iringan musik, baik secara sederhana maupun ansambel. Penyajian sederhana biasanya hanya diiringi seorang pemain kecapi, sedangkan ansambel umumnya dimainkan 3-4 orang, namun juga bisa lebih.
Beberapa alat musik yang digunakan dalam penyajian karungut adalah sebagai berikut:
- Kecapi Dayak, yaitu kecapi tali 2 sebagai instrumen utama, dan kecapi tali 3 sebagai pendukung.
- Katambung/gendang tradisional Dayak.
- Gong/kangkanong untuk memberi aksen ritmis.
- Suling yang bisa menambah nuansa melodi.
- Rabab dan garantung yang menjadi instrumen pendukung
Contoh Karungut
Dikutip dari buku Tema, Amanat, dan Nilai Budaya Karungut Wajib Belajar 9 Tahun dalam Sastra Dayak Ngaju oleh Dunis Iper, dkk, satu judul karungut bisa berisi 61 bait, misalnya pada karungut berjudul Wajib Balajar Jalatien Nyeto.
Berikut beberapa penggalan bait pada karungut tersebut beserta artinya.
Balaku maaf tabe barata
Korik hai bakas tabela
Amon tege kotakku sala
Maklum bewei kambangan jela
Artinya:
Minta maaf salam semua
Kecil besar tua dan muda
Kalau ada perkataanku salah
Maklum saja permainan lidah
Sakola impendeng intu desa
Tampae bahalap sapu bahenda
Papan tabal ingatam rata
Basengok uras inenga kaca
Artinya:
Sekolah didirikan di desa
Gedungnya bagus dicat kuning
Papan tebal diketam rata
Jendela semua memakai kaca