Musik Kelentangan merupakan salah satu warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Dayak Benuaq di Kalimantan Timur (Kaltim). Bukan sekadar seni, kelentangan menjadi bagian dari kehidupan spiritual, sosial, dan budaya.
Salah satunya difungsikan sebagai pelengkap ritual adat. Simak artikel ini untuk mengenal kelentangan, mulai dari sejarah, fungsi, bentuk musik, hingga cara memainkannya.
Sejarah dan Asal-usul Kelentangan
Dikutip dari situs Kemdikbud, kelentangan telah diwariskan secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Instrumen ini diyakini diciptakan dengan ilham dari roh leluhur dan makhluk halus, lalu diwariskan kepada generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama 'kelentangan' tidak diketahui secara pasti sejak kapan digunakan, namun diyakini sudah ada sejak zaman leluhur. Penamaannya diyakini diambil dari salah satu instrumen utama dalam ansambel yang paling menonjol bunyinya, yakni yang menghasilkan suara "tang tang" dan berperan dominan.
Menurut konsep I Wayan Tusan, penamaan ini dapat dijelaskan melalui dua pendekatan, yaitu aliterasi dan onomatopedi. Aliterasi merujuk pada penamaan berdasarkan ciri atau bunyi dominan instrumen yang terdengar keras dan nyaring, sedangkan onomatopedi meniru bunyi instrumen dengan mulut, menggambarkan aktivitas bersama memukul logam yang menghasilkan bunyi teratur.
Dengan demikian, nama Kelentangan berasal dari instrumen utamanya sekaligus bunyi khasnya yang paling menonjol dalam permainan dan pendengaran masyarakat pendukungnya.
Bentuk dan Cara Memainkannya
Yang disebut kelentangan adalah gong kecil yang disusun horizontal. Namun ini tidak dimainkan sendiri, melainkan secara ansambel atau bersama alat musik lainnya. Berikut beberapa alat musik yang biasa dimainkan:
1. Kelentangan
Kelentangan berbentuk enam gong berpencu kecil dari logam, disusun horizontal di atas tali pada dudukan kayu. Cara memainkannya dengan dipukul memakai dua stik kayu berlapis kain/karet. Tangan kiri memainkan pola ritme tetap, tangan kanan mengembangkan melodi.
2. Gimar
Gimar adalah dua gendang silindris bermembran ganda dari kayu ulin dan kulit binatang. Gendang ini ditabuh dengan pola interlocking antara gimar I dan II.
3. Genikng
Genikng adalah gong gantung vertikal, berfungsi kolotomis dan memiliki nilai magis. Genikng dipukul mengikuti gerakan pemeliatn (dukun Belian) dan melodi kelentangan.
4. Sulikng Dewa
Sulikng dewa adalah suling bambu vertikal dengan enam lubang nada yang dimainkan dengan teknik circular breathing untuk menghasilkan nada legato.
Fungsi Kelentangan
Bukan sekadar kesenian maupun hiburan, fungsi kelentangan meliputi:
- Ritual: Mengiringi ritual penyembuhan Belian Sentiu, yakni untuk memanggil, memuji, dan menyenangkan roh leluhur serta makhluk halus.
- Komunikasi: Menyampaikan pesan vertikal (kepada alam gaib) dan horizontal (kepada masyarakat, misalnya tanda dimulainya atau berakhirnya upacara).
- Sosial: Menyelaraskan hubungan antarindividu, lingkungan, dan dunia spiritual lewat musik.
- Pendidikan budaya: Menjadi media transmisi nilai, norma, dan keterampilan musik kepada generasi muda.
Demikian telah kita ketahui bahwa kelentangan adalah warisan budaya yang memadukan seni musik, ritual, dan nilai sosial masyarakat Dayak Benuaq. Keberadaannya bukan sekadar menghibur, tetapi juga menjaga kesinambungan hubungan manusia, alam, dan dunia spiritual.
(bai/sun)
